Bayi baru lahir perlu mendapat perawatan yang optimal sejak dini, termasuk pemberian makanan yang ideal. Tidak ada satupun makanan yang ideal untuk bayi baru lahir selain ASI. World Health Organization (WHO) dan United Nations Children’s Fund (UNICEF) menganjurkan pemberian ASI secara eksklusif, yaitu ASI saja sampai bayi berusia 6 bulan, tanpa tambahan cairan ataupun makanan lain selain ASI.
Dalam kenyataannya, pemberian ASI eksklusif selama enam bulan tidak sesederhana yang dibayangkan. Banyak kendala yang timbul dalam upaya memberikan ASI eksklusif selama enam bulan pertama kehidupan bayi. Akan tetapi dengan motivasi ibu/ayah yang kuat, pengetahuan dasar yang dimiliki ibu dan ayah, serta usaha yang terus menerus, sabar dan tekun, serta didukung oleh fasilitas persalinan SAYANG BAYI tidak mustahil pemberian ASI eksklusif dapat berhasil.
Beberapa kendala yang sering menjadi alasan ibu melakukan konsultasi ke Klinik Laktasi, yaitu
- produksi ASI kurang
- ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar
- ibu ingin menyusui kembali setelah bayi diberi formula (relaktasi)
- bayi terlanjur mendapatkan prelakteal feeding (pemberian air gula/dekstrosa, susu formula pada hari-hari pertama kelahiran)
- kelainan ibu: puting ibu lecet, puting ibu luka, payudara bengkak, engorgement, mastitis dan abses
- ibu hamil lagi padahal masih menyusui
- ibu bekerja
- kelainan bayi: bayi sakit, abnormalitas bayi.
Produksi ASI kurang
Air saya kurang, ASI saya belum keluar, atau bagaimana memperbanyak ASI adalah rangkaian pertanyaan yang sering disampaikan oleh ibu, terutama saat pertama kali berkonsultasi. Ibu merasa ASI nya kurang, padahal sebenarnya cukup, hanya ibunya yang kurang yakin dapat memproduksi ASI cukup. Payudara makin sering dihisap menyebabkan ASI akan makin sering dikeluarkan dan produksi ASI makin bertambah banyak.
Ada dua hal yang dapat diyakini sebagai tanda ASI kurang, yaitu :
- Pada bulan pertama berat badan bayi meningkat kurang dari 300 gram. (dalam 1 minggu pertama kelahiran berat badan bayi masih boleh turun sampai 10% dan dalam kurun waktu 2 minggu sudah kembali ke berat badan semula), sedangkan pada bulan kedua sampai bulan keenam kurang dari 500 gram per bulan, atau bayi belum mencapai berat lahirnya pada usia 2 minggu.
- Bayi mengeluarkan urine (air seni) yang pekat, baunya tajam / menyengat, dengan kekerapan kurang dari 6 kali per hari.
1. Faktor menyusui
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah (1) tidak melakukan inisiasi menyusu dini, (2) menjadwal pemberian ASI, (3) memberikan minuman prelaktal (bayi diberi minum sebelum ASI keluar), apalagi memberikannya dengan botol/dot, (4) kesalahan pada posisi dan perlekatan bayi pada saat menyusu, (5) tidak mengosongkan salah satu payudara saat menyusui
Inisiasi menyusu dini adalah meletakkan bayi di atas dada iatau perut ibu segera setelah dilahirkan dan membiarkan bayi mencari puting ibu kemudian menghisapnya setidaknya satu jam setengah kelahiran. Cara bayi melakukan inisiasi menyusu dini disebut sebagai baby crawl.
Ibu sebaiknya tidak menjadwalkan pemberian ASI. Menyusui paling baik dilakukan sesuai permintaan bayi (on demand) termasuk pada malam hari, minimal 8 kali per hari. Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh seringnya bayi menyusu. Makin jarang bayi disusui biasanya produksi ASI akan berkurang.
Produksi ASI juga dapat berkurang bila bayi menyusu terlalu sebentar. Pada minggu pertama kelahiran seringkali bayi mudah tertidur saat menyusu. Ibu sebaiknya merangsang bayi supaya tetap menyusu dengan cara menyentuh telinga/telapak kaki bayi agar bayi tetap mengisap.
Penggunaan kempeng akan membuat perlekatan mulut bayi pada payudara ibu tidak tepat dan sering menimbulkan masalah “bingung puting”. Pemberian makanan pendamping pada bayi sebelum waktunya juga sering berakibat berkurangnya produksi ASI. Bayi menjadi cepat kenyang dan lebih jarang menyusu. Posisi dan perlekatan mulut bayi saat menyusu juga mempengaruhi pengeluaran ASI. Posisi dan perlekatan yang baik dapat dibaca selengkapnya di bab Manajemen Laktasi.
2. Faktor psikologis Ibu
Persiapan psikologis ibu sangat menentukan keberhasilan menyusui. Ibu yang tidak mempunyai keyakinan mampu memproduksi ASI umumnya akhirnya memang produksi ASI nya berkurang. Stres, khawatir, ketidakbahagiaan ibu pada periode menyusui sangat berperan dalam mensukseskan pemberian ASI eksklusif. Peran keluarga dalam meningkatkan percaya diri ibu sangat besar.
3. Faktor Fisik Ibu
Faktor fisik ibu seperti ibu sakit, lelah, ibu yang menggunakan pil kontrasepsi atau alat kontrasepsi lain yang mengandung hormon, ibu menyusui yang hamil lagi, peminum alkohol, perokok, atau ibu dengan kelainan anatomis payudara dapat mengurangi produksi ASI.
Khusus untuk ibu menyusui yang sedang sakit, hanya sebagian kecil yang tidak boleh menyusui. Ibu yang sedang mengkonsumsi obat anti kanker atau mendapat penyinaran zat radioaktif tidak diperkenankan untuk menyusui. Sedangkan, ibu penderita infeksi HIV memerlukan pendekatan khusus.
Bila ibu dirawat di rumah sakit, rawatlah bersama bayinya sehingga dapat tetap menyusui. Bila ibu merasa tidak mampu untuk menyusui anjurkan untuk memerah ASI setiap 3 jam dan memberikan ASI perah tersebut dengan cangkir kepada bayinya.
Bila keadaan memungkinkan atau ibu mulai sembuh dianjurkan untuk menyusui kembali dan bila perlu dilakukan proses relaktasi.
Ibu harus diyakinkan bahwa obat yang diberikan oleh dokter tidak membahayakan bila menyusui. Obat yang diminum oleh ibu hanya sebagian kecil yang masuk ke dalam ASI (kurang dari 1%). Begitu pula sangat sedikit laporan tentang efek samping obat yang diminum oleh ibu selama proses laktasi. Walaupun demikian beberapa obat pernah dilaporkan memberikan efek samping, antara lain: obat psikiatri, obat anti kejang, beberapa golongan antibiotika, sulfonamid, estrogen (pil anti hamil), dan golongan diuretika.
Bayi yang mengantuk, malas minum, kuning perlu dipikirkan pengaruh obat tertentu.
Segera konsultasi ke dokter untuk memastikan hal tersebut. apabila obat tersebut tidak dapat diganti dengan jenis obat lain, maka untuk sementara dianjurkan memberikan susu formula kepada bayinya dan konsultasi ke klinik laktasi rumah sakit terdekat.
Obat antipiretik (parasetamol, ibuprofen), antibiotika (ampisilin, cloxacilin, pebisilin, eritromisin) dapat dikonsumsi selama ibu menyusui. Sedangkan obat anti tuberkulosa, obat cacing, antihistamin, antasida, hipertensi, bronkodilator, kortikosteroid, obat diabetes, digoksin, dan beberapa suplemen nutrisi (yodium) bila memang diperlukan dapat diberikan tetapi dengan pemantauan ketat dari dokter.
4. Faktor Bayi
Ada beberapa faktor kendala yang bersumber pada bayi, misalnya bayi sakit, prematur, dan bayi dengan kelainan bawaan.
Ibu kurang memahami tata laksana laktasi yang benar
Ibu sering kurang memahami tata laksana laktasi yang benar, misalnya pentingnya memberikan ASI, bagaimana ASI keluar (fisiologi menyusui), bagaimana posisi menyusui dan perlekatan yang baik sehingga bayi dapat menghisap secara efektif dan ASI dapat keluar dengan optimal, termasuk cara memberikan ASI bila ibu harus berpisah dari bayinya.
Bila bayi terpisah dengan ibu untuk sementara waktu, ibu memerah ASInya dan diberikan kepada bayinya dengan sendok atau cangkir. Sebaiknya tidak menggunakan dot karena akan mempersulit bayi bila kembali menyusu (bingung puting). Untuk mengurangi kemungkinan ibu belum memahami tata laksana laktasi yang benar, pada saat usia kehamilan lebih dari 32 minggu ibu perlu melakukan konsultasi ke klinik laktasi untuk melakukan persiapan pemberian ASI eksklusif.
Ibu ingin melakukan relaktasi
Relaktasi merupakan suatu keadaan ibu yang telah berhenti menyusui ingin memulai menyusui kembali. Biasanya setelah tidak menyusu beberapa lama, produksi ASI akan berkurang, dan bayi akan malas menyusu dari ibunya apalagi jika ia sudah diberikan minuman melalui botol. Untuk mengembalikan agar bayi dapat menyusu dari ibu kembali, kita dapat menggunakan alat yang disebut ‘suplementer’.
Suplementer menyusui adalah alat yang digunakan sebagai suplemen kepada bayi saat bayi menyusu pada payudara yang kurang memproduksi ASI. Jenis suplementer yang tersedia, antara lain cangkir dan slang plastik atau breast feeding supplementer. Dengan menggunakan suplementer bayi tidak marah karena mendapatkan susu dari selang dan payudara ibu akan terangsang kembali untuk memproduksi ASI.
Gambar 1. Menyusu dengan cangkir dan slang plastica
(sumber: Breastfeeding Counseling: A training course. WHO, UNICEF. 1993)
(sumber: Breastfeeding Counseling: A training course. WHO, UNICEF. 1993)
Gambar 2. Alat Bantu menyusui (breastfeeding supplementer)
(sumber: Packing supplementer
Produksi ASI dapat bertambah bergantung dari motivasi ibu dan
keinginan bayi untuk menyusu kembali. Bila produksi ASI sudah mencukupi,
suplementer tidak perlu digunakan lagi. Makin lama tidak menyusui,
makin lama diperlukan penggunaan suplementer.(sumber: Packing supplementer
Bayi sudah terlanjur mendapat prelakteal feeding
Seringkali sebelum ASI keluar bayi sudah diberikan air putih, air gula, air madu, atau susu formula dengan dot. Hal ini tidak diperbolehkan karena selain akan menyebabkan bayi malas menyusu, bahan tersebut mungkin menyebabkan reaksi intoleransi atau alergi.
Kelainan ibu
Kelainan ibu yang sering dijumpai adalah puting lecet, puting datar, puting luka, payudara bengkak, mastitis dan abses.
Puting lecet / puting luka
Kelainan ini merupakan salah satu kendala dalam proses menyusui. Penyebab yang paling utama dari puting lecet ini adalah perlekatan yang kurang baik. Bila bayi tidak melekat dengan baik, bayi akan menarik puting, menggigit dan menggesek kulit payudara, sehingga menimbulkan rasa sangat nyeri dan bila bayi terus menyusu akan merusak kulit puting dan menimbulkan luka ataupun retak pada puting. Bagaimana mengatasinya?
Yang pertama dan utama diperhatikan adalah posisi bayi saat menyusu dan pelekatannya. Puting yang retak, luka juga dapat disertai jamur (Kandidiasis). Mulut bayi sebaiknya dilihat apakah terdapat jamur yang dapat mengganggu proses menyusu atau adakah ikatan dibawah lidah yang membuat lidah tidak dapat menjulur keluar (tongue tie).
Pengobatan yang sesuai baik untuk ibu maupun bayi harus segera diberikan. Membangkitkan rasa percaya diri ibu sangat diperlukan. Membangkitkan rasa percaya diri ibu dan penjelasan bahwa kelainan hanya bersifat sementara akan membantu ibu melanjutkan untuk menyusui bayi. Posisikan bayi agar mulutnya melekat dengan baik sehingga rasa nyeri akan segera berkurang. Tidak perlu mengistirahatkan payudara, tetapi tetaplah menyusu on demand.
Bila diperlukan, bantu ibu untuk memerah ASI, dan ASI perah diberikan dengan cangkir. Pengobatan dengan antibiotik atau anti jamur dapat diberikan bila memang diperlukan, seringkali dengan mengoleskan ASI yang diperah luka dapat sembuh. Membersihkan payudara hanya pada waktu mandi, hindari penggunaan sabun, lotion , salep, atau menggosok-gosok dengan handuk.
Payudara penuh dan/atau bengkak
Ibu sering datang ke Klinik Laktasi karena payudaranya bengkak, penuh dan terasa nyeri. Biasanya terjadi pada minggu-minggu pertama setelah bayi lahir dimana proses menyusu masih belum mantap. Payudara penuh berbeda dengan payudara bengkak.
Payudara penuh, (1) terjadi beberapa hari setelah persalinan, yaitu saat ASI sudah mulai diproduksi, (2) payudara terasa nyeri berat, keras, tapi ASI masih dapat mengalir keluar, (3) ibu tidak merasa demam. Yakinkan ibu bahwa payudara penuh adalah suatu hal yang normal dan usahakan ibu menyusui sesering mungkin sehingga payudara terasa lebih nyaman, rasa berat akan berkurang dan payudara menjadi lebih lunak.
Payudara bengkak (engorgement), (1) payudara tampak merah, mengkilat, dan sangat nyeri, (2) terjadi karena bendungan pada pembuluh darah dan limfe, (3) sekresi ASI sudah mulai banyak, (4) ASI tidak dikeluarkan sempurna. Payudara bengkak dapat dicegah dengan menyusukan bayi segera setelah lahir, menyusukan bayi tanpa jadwal, dan jangan memberi minuman lain pada bayi. Lakukan masase dan keluarkan ASI.
Apa yang sebaiknya dilakukan untuk mencegah payudara bengkak? Segera menyusui setelah bayi lahir. Inisiasi dini sangat membantu bayi/ibu dapat melakukan proses menyusui selanjutnya. Pastikan bayi melekat dengan baik di payudara. Menganjurkan ibu untuk menyusui on demand (sesuka bayi). Bila bayi dapat menghisap susuilah bayi sesering mungkin, jangan mengistirahatkan payudara. Namun bila bayi tak dapat menghisap, bantu ibu untuk memerah ASI dan berikan ASI dengan cangkir.
Melakukan stimulasi refleks oksitosin sebelum menyusui atau memerah dengan cara kompres hangat pada payudara atau mandi dengan air hangat, memijat ibu dengan lembut pada tengkuk dan punggung, mengurut payudara dengan lembut, merangsang payudara dan putting, dan selalu mengusahakan ibu merasa rileks. Setelah menyusui kompres payudara dengan air dingin, dan bangkitkan rasa percaya diri ibu, yakinkan bahwa ibu segera dapat menyusui kembali, dan rasa nyeri akan berkurang.
Mastitis dan Abses
Mastitis merupakan reaksi reaksi peradangan pada payudara yang dapat disertai infeksi atau tidak. Abses payudara merupakan suatu komplikasi dari mastitis berupa kumpulan nanah yang terlokalisir diantara jaringan payudara.
Mastitis, memperlihatkan gejala klinis payudara nampak merah, bengkak keras, terasa panas dan nyeri sekali. Dapat mengenai kedua atau hanya satu payudara. Penyebabnya antara lain puting lecet atau saluran ASI tersumbat yang tidak ditatalaksana dengan baik. Mastitis dapat di tatalaksana dengan mengistirahatkan ibu, ASI tetap harus dikeluarkan, berikan antibiotik dan kompres/minum obat pengurang rasa sakit
Abses, memperlihatkan gejala klinis berupa benjolan kemerahan, panas, bengkak, dan terasa sangat nyeri. Pada benjolan teraba fluktuasi dan suhu tubuh meningkat. Bila dijumpai keadaan ini, ibu harus istirahat, ASI tetap dikeluarkan, berikan antibiotik, insisi abses, dan kompres / minum obat pengurang rasa sakit
Ibu hamil saat masih menyusui
Menyusui eksklusif adalah salah satu cara kontrasepsi, sehingga biasanya ibu jarang hamil lagi selama menyusui. Akan tetapi seandainya ibu hamil lagi saat masih menyusui, maka dianjurkan:
- Bila bayi belum berusia 6 bulan, terus menyusui karena ASI masih merupakan makanan tunggal.
- Bila bayi berusia 6-12 bulan, terus menyusui karena ASI masih merupakan makanan utama.
- Bila bayi sudah berusia lebih dari 12 bulan, boleh disapih.
Ibu bekerja
Ibu bekerja bukan merupakan alasan untuk menghentikan pemberian ASI eksklusif. Ibu yang ingin kembali bekerja diharapkan berkunjung ke Klinik Laktasi untuk menyiapkan cara memberikan ASI bila bayi harus ditinggal. Langkah-langkah bila ibu ingin kembali bekerja :
- Siapkan pengasuh bayi (nenek, kakek, anggota keluarga lain, baby sitter, pembantu) sebelum ibu mulai bekerja kembali.
- Berlatihlah memerah ASI sebelum ibu bekerja kembali. ASI yang diperah dapat dibekukan untuk persediaan / tambahan apabila ibu mulai bekerja. ASI beku dapat disimpan antara 1-6 bulan, bergantung dari jenis lemari es nya. Di dalam lemari es dua pintu ASI beku dapat disimpan lebih dari 3 bulan.
- Latihlah pengasuh bayi untuk terampil memberikan ASI perah dengan cangkir.
- Hindari pemakaian dot/empeng karena kemungkinan bayi akan menjadi “bingung puting”.
- Susuilah bayi sebelum ibu berangkat bekerja, dan pada sore hari segera setelah ibu pulang, dan diteruskan pada malam hari.
- Selama di kantor, perah ASI setiap 3-4 jam dan disimpan di lemari es, diberi label tanggal dan jam ASI diperah. ASI yang disimpan dalam lemari es pendingin dapat bertahan selama 2×24 jam. ASI perah ini akan diberikan esok harinya selama ibu tidak di rumah. ASI yang diperah terdahulu diberikan lebih dahulu.
- ASI yang disimpan di lemari es perlu dihangatkan sebelum diberikan kepada bayi dengan merendamnya dalam air hangat. ASI yang sudah dihangatkan tidak boleh dikembalikan ke dalam lemari es. Maka yang dihangatkan adalah sejumlah yang habis diminum bayi satu kali.
- Apabila ASI yang diperah kemarin tidak mencukupi kebutuhan bayi sampai ibu kembali dari bekerja, dapat digunakan ASI beku yang sudah disiapkan sebelumnya. ASI beku ini kalau akan diberikan harus ditempatkan di lemari es pendingin supaya mencair dan harus digunakan dalam 24 jam.
Gambar 3. Pemberian ASI dengan Cangkir
(sumber: Leaflet Penatalaksanaan ASI eksklusif pada Ibu Bekerja. PODI ASI PKSC)
Kelainan bayi(sumber: Leaflet Penatalaksanaan ASI eksklusif pada Ibu Bekerja. PODI ASI PKSC)
Bayi yang menderita sakit atau dengan kelainan kongenital mungkin akan mengganggu proses menyusu. Kelainan ini perlu ditatalaksana dengan benar agar keadaan tersebut tidak menjadi penghambat dalam proses menyusui.
Kesimpulan
Air susu ibu sebagai makanan bayi yang paling ideal dan tidak dapat digantikan oleh susu formula sudah tidak perlu disangkal lagi. Keberhasilan pemberian ASI Eksklusif 6 bulan dapat diwujudkan dengan motivasi yang kuat, pengetahuan dasar tentang menyusui, usaha yang terus menerus, dan dukungan fasilitas persalinan “Sayang Bayi”. Pengetahuan dan keterampilan petugas yang terkait dalam keberhasilan manajemen menyusui harus selalu ditingkatkan agar mereka dapat berperan aktif dalam mengatasi kendala yang mungkin timbul selama proses menysusui.