Breastfeeding Family

Breastfeeding Family

[edit lirik]
Peran keluarga erat hubungannya dengan status sosial dan adat istiadat setempat. Pada masyarakat tertentu ada yang masih mempertahankan fungsi keluarga, tetapi ada yang sudah menekankan kemandirian dan individualitas. Di dalam masyarakat terdapat beberapa tipe keluarga, seperti keluarga inti (ayah dan ibu) dan keluarga besar (selain ayah-ibu terdapat anggota keluarga lainnya). Selain itu terdapat perubahan peran antara ayah dan ibu, ayah-ibu yang keduanya bekerja, serta tingkat sosial ekonomi dari masing-masing keluarga. Semua hal yang disebutkan di atas mempengaruhi keberhasilan menyusui. Tugas konsultan laktasi adalah membantu dan memberi dukungan pada ibu dengan bermacam-macam latar belakang keluarga seperti tersebut di atas untuk keberhasilan menyusui.
Kelekatan (attachment)
Kelekatan dari bayi ke orangtua (infant-to-parent attachment)
Kelekatan bayi ditandai dengan adanya perilaku bayi seperti cooing (menggumam), tersenyum, menangis, memulai kontak mata serta mempertahankan kontak mata antara ibu dan bayi. Orangtua harus memperhatikan dan merespon terhadap perilaku dan tanda-tanda yang dibuat oleh bayi tersebut. Inisiasi menyusu dini dan rawat gabung (rooming in) dapat mengoptimalkan ikatan tersebut.
  1. Terdapat 3 pola umum kelekatan bayi ke ibunya yaitu avoidance infants bila bayi menghindari kedekatan dan interaksi dengan ibu, ambivalent infants bila bayi kadang-kadang menolak dan securely attached infants, bayi mencari kelekatan dan kontak dengan ibu, serta melakukan eksplorasi terhadap lingkungannya. Orangtua yang sensitif dan responsif terhadap kebutuhan bayinya pada awal kehidupan, sangat membantu dalam membina kelekatan yang aman (secure attachment). Kelekatan yang aman pada umur 12-18 bulan pertama ada kaitannya dengan kemampuan pemecahan masalah adaptif pada umur 2 tahun, kompetensi sosial pada umur 3 tahun dan perkembangan basic trust.
  2. Kelekatan orangtua ke bayi (parent-to-infant attachment)
    Orangtua mulai membina kelekatan dengan bayinya sejak janin masih di dalam kandungan dan diteruskan sampai lahir. Pola asuh, situasi dan faktor bayi erat hubungannya dengan kelekatan orangtua dan bayi. Kontak awal dianjurkan pada jam-jam pertama setelah lahir, karena merupakan masa sensitif untuk perkembangan kelekatan. Inisiasi menyusu dini dan rawat gabung dapat meningkatkan kelekatan ibu-bayi. Sedangkan yang menghambat adalah bila kondisi bayi tidak sesuai dengan harapan ibu, temperamen bayi yang sulit, kurang dukungan dari ayah/ orang terdekat atau petugas kesehatan.
Kebiasaan tidur
Tidur bersama antara ibu dan bayi akan meningkatkan kontak fisik, emosi dan sosial. Tidur bersama dapat berupa tidur sekamar atau tidur satu tempat tidur (bed sharing). Keuntungan bed sharing adalah: mencegah bayi kedinginan, meningkatkan lama menyusui, meningkatkan kelekatan/ kontak sensoris antara ibu-bayi yang penting untuk stimulasi tumbuh kembang anak.
Walaupun banyak keuntungan, tetapi harus diperhatikan lingkungan yang tidak aman untuk bed sharing, yaitu lingkungan ada yang merokok, tempat tidur yang sempit/ sofa/ kursi panjang, adanya celah di tempat tidur, bayi bisa terperosok, bayi ditidurkan tengkurap dan ibu pengguna alkohol / obat terlarang. Sebaiknya bila ibu dan bayi tidur bersama (bed sharing) posisi tidur bayi terlentang, tempat tidur padat dan rata, bila bayi pakai selimut sebaiknya tipis, dan yakinkan bahwa kepala bayi tidak tertutup selimut. Bayi sebaiknya tidak tidur di atas / di antara guling, tidak meninggalkan bayi sendirian di atas tempat tidur dewasa dan sebaiknya jangan ada celah antara kasur dengan papan tempat tidur / dinding / tempat tidur lain
Tumbuh kembang anak
Tumbuh kembang anak yang minum ASI lebih baik, karena komposisi ASI yang sangat menunjang pertumbuhan anak. Anak jarang sakit, karena adanya antibodi baik seluler maupun humoral di dalam ASI. Selain itu ASI juga mengandung enzim dan hormon. Perkembangan anak lebih baik, karena selain komposisi ASI yang baik untuk pertumbuhan otak bayi, juga ibu dapat melakukan berbagai macam stimulasi sensoris: taktil, pendengaran, penglihatan, penciuman. Limpahan kasih sayang pada saat menyusui membuat si bayi merasa nyaman dan aman di dalam dekapan ibu, yang penting pula untuk tumbuh kembangnya. Kebahagian keluarga akan lebih lengkap bila ayah si bayi memberi dukungan yang positif dan kakak si bayi juga ikut terlibat dalam proses menyusui.
Perubahan emosi ibu setelah melahirkan
Sekitar 50-80% ibu mengalami perubahan emosi yang terjadi 2-3 hari setelah melahirkan. Penyebabnya diduga akibat dari gangguan keseimbangan hormonal, predisposisi genetik, kepribadian yang kurang matang, kurang percaya diri, atau hubungan interpersonal yang rendah. Di bawah ini adalah perubahan kejiwaan yang bisa terjadi pada ibu pasca persalinan:
  1. Baby blues
    Baby blues
    ditandai dengan perasaan ambivalen, sedih, ingin menangis, tidak bisa tidur, mudah tersinggung, konsentrasi menurun, kurang percaya diri. Baby blues lebih sering pada ibu yang melahirkan anak pertama, pengalaman kurang, gizi kurang, bayi yang rewel akan menambah gejala. Bila gejala berlangsung lebih dari 2 minggu, kemungkinan ibu menderita depresi. Untuk mengatasi baby blues, perlu dukungan emosional, bantuan merawat bayi, harapan yang realistik, dan interaksi dengan ibu lain. Bila gejala berlanjut dan cenderung ke psikosis, harus dirujuk.
  2. Depresi setelah melahirkan
    Hanya sebagian kecil ibu yang mengalami depresi setelah melahirkan. Biasanya gejala depresi timbul 2-6 minggu setelah melahirkan dan bisa berlangsung sampai beberapa bulan. Angka kejadian sekitar 10-29%. Faktor risikonya antara lain:
    single mother, sosial ekonomi rendah, pendidikan kurang, komplikasi kehamilan atau kesehatan, riwayat depresi pada ibu atau keluarganya, pengalaman melahirkan yang susah, kelainan sistem imun, riwayat trauma atau perlakuan salah (abuse), atau tidak mendapatkan dukungan sosial dari lingkungannya.
    Dicurigai depresi bila menunjukkan tanda-tanda kurang percaya diri terhadap kemampuan untuk menyusui, kurang toleransi terhadap anggota keluarga atau lainnya, merasa tidak ada harapan dan tidak mampu mengatasi masalah. Ibu juga merasa tidak lekat terhadap bayinya atau tidak mau memanggil nama bayinya. Seringkali ibu yang depresi mengeluh gangguan fisik yang tidak jelas.
    Bila depresi berlangsung beberapa bulan, harus dirujuk. Obat-obat untuk mengatasi depresi tidak boleh yang mempunyai efek samping terhadap menyusui (pada umumnya obat-obat anti depresan tidak berpengaruh terhadap menyusui).
  3. Psikosis setelah melahirkan
    Psikosis setelah melahirkan ditandai dengan perubahan emosi dan perilaku yang berat. Angka kejadian kecil, sekitar 1-2 per 1000 wanita. Kecurigaan terhadap adanya psikosis, bila terdapat tanda-tanda yaitu halusinasi atau delusi, kehilangan kontrol
    dan fungsi sosial dan ibu seringkali berpikir tidak rasional. Ibu juga menunjukkan perilaku aneh dan sering membahayakan diri sendiri dan bayinya seperti percobaan bunuh diri, kurang mampu melakukan komunikasi, pengasuhan yang tidak adekuat dan seringkali terdapat masalah perilaku terhadap anaknya yang lain. Bila psikosis berat, ibu harus dirawat di rumah sakit.
Status keluarga
Tiap wanita yang “baru” menjadi seorang ibu, memerlukan waktu untuk beradaptasi dengan statusnya. Kemampuan ibu untuk beradaptasi tergantung pada kesehatan emosi, pulihnya kondisi fisik, kematangan jiwa, dan dukungan dari keluarga dan sekitarnya.
Pada ibu yang kehamilannya tidak dikehendaki, lebih sedikit yang melakukan inisiasi atau melanjutkan menyusui.
  1. Ibu tunggal (single mother)
    Ibu tunggal adalah ibu yang bertanggung jawab sendiri terhadap anaknya, akibat dari kehamilan yang tidak dikehendaki, perceraian/perpisahan, kematian pasangan, atau suami yang berjauhan. Ibu mempunyai tanggung jawab besar untuk bekerja/sekolah, mengurus rumah tangga dan mengasuh anak. Ibu sering stres yang berdampak pada berkurangnya nafsu makan dan produksi ASI. Konsultan laktasi harus memberi
    dukungan pada ibu dan mengetahui sarana pendukung laktasi di masyarakat yang dapat membantu ibu untuk mempertahankan laktasi.
  2. Ibu remaja (adolescent mother)
    Remaja yang hamil sering melahirkan bayi prematur, bayi berat lahir rendah (BBLR), lahir mati, atau kematian bayi. Pada umumnya remaja secara fisik dan psikis mampu untuk menyusui. Tantangan yang sering dihadapi adalah gizi kurang atau perawatan pranatal yang tidak adekuat, mudah dipengaruh ibu lain yang tidak setuju menyusui , kesulitan dalam mengatasi kebutuhannya dan kadang membenci bayi yang lahir akibat dari pengaruh gaya hidupnya. Ibu remaja seringkali ingin meninggalkan bayinya untuk segera kembali sekolah.
    Karena itu dukungan bagi ibu remaja sangat diperlukan. Saling mempercayai antara keluarga, pasangan dan dukungan dari remaja lain sangat berperan dalam keberhasilan menyusui pada ibu remaja. Pentingnya memberi ASI dan dukungan untuk melakukan inisiasi menyusu dini dan rawat gabung segera setelah kelahiran perlu disampaikan.
Kakak si bayi
Tiap anak perlu waktu untuk menerima adik “baru” nya, bantuan orangtua sangat diperlukan agar anak cepat beradaptasi. Bila kakak juga masih menyusu (tandem nursing = ibu menyusui lebih dari satu anak yang berbeda umurnya), maka adiknya harus didahulukan.
Bila ibu ingin menyapih kakaknya, maka harus dilakukan bertahap, dengan cara mengganti dengan aktivitas lain atau ibu menyusui bayi bila kakaknya sedang tidak bersama ibu.
Posisi menyusu football dapat dipakai sebagai salah satu alternatif, sehingga tangan ibu yang satunya bebas untuk melakukan kegiatan, seperti bermain atau membacakan buku buat kakaknya. Adakalanya kakak yang sebelumnya sudah disapih, tertarik untuk menyusu lagi atau ingin tahu rasanya ASI, ini biasanya sementara, dan kakak bisa dicicipi ASI melalui sendok. Dengan melibatkan kakak dalam proses menyusui, juga memberikan contoh nyata pada kakak, sehingga diharapkan kelak kebiasaan menyusui bayi ini akan turun temurun.
Peran ayah
Hambatan yang paling sulit adalah berasal dari ayah si bayi, karena dapat menghambat inisiasi menyusu dini dan kelangsungan menyusui ASI secara eksklusif sampai 6 bulan. Agar sukses dalam proses menyusui, ayah harus ikut berpartisipasi aktif dalam mengambil keputusan, mempunyai sikap yang positif, dan mempunyai pengetahuan yang luas tentang keuntungan menyusui, ternyata sangat mendukung ibu. Kelekatan ayah dengan bayi dapat
ditingkatkan dengan cara ayah hadir pada proses persalinan dan kontak lebih dekat dengan bayi selama masa neonatal.
Ayah harus belajar mengenali sinyal-sinyal yang dikeluarkan oleh bayi, banyak membaca, ikut perkumpulan orangtua, belajar dari orangtua atau teman-temannya, sehingga diharapkan ayah dapat berinteraksi lebih erat dengan bayinya. Membuat jaringan (network) dengan keluarga lain yang mempunyai pengalaman sebelumnya, memungkinkan ayah bertukar pikiran dengan mereka dan memahami pentingnya menyusui. Dari suatu penelitian, dikatakan bahwa ibu yang lebih lama menyusui mempunyai hubungan emosional yang baik dengan suami dan ibunya, dan lebih percaya diri, dibandingkan dengan mereka yang cepat menyapih.
Di Swedia, selama kehamilan sebagian besar pasangan primigravida (anak pertama), mengikuti pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan tentang pengasuhan anak dan membentuk jaringan bersama orangtua lainnya.
Peran keluarga lainnya
Dukungan sosial dari lingkungan di sekitar ibu, mempunyai peran yang besar terhadap keberhasilan menyusui. Dukungan sosial itu berasal dari lingkungan di sekitar ibu, selain suami, juga keluarga seperti nenek dan keluarga lain yang sudah mempunyai pengalaman menyusui. Peran nenek si bayi biasanya dominan terhadap ibu. Konsultan laktasi harus memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan menyusui termasuk peran nenek. Pada keluarga besar, banyak pendapat yang kadang-kadang membingungkan ibu, untuk itu kita harus secara hati-hati memberi penjelasan yang bisa diterima ibu. Selain itu pengaruh media masa seperti TV, majalah, buku-buku tentang ASI dan internet yang bisa diakses ibu / ayah sangat membantu keluarga dalam proses menyusui.
Dukungan para profesional kesehatan
Dukungan dari para profesional di bidang kesehatan sangat diperlukan bagi ibu, terutama primipara. Pendidikan tentang pentingnya menyusui sudah harus diberikan sejak masa antenatal, yang dilakukan oleh semua tenaga kesehatan baik bidan maupun dokter. Bila semua petugas kesehatan menerapkan 10 (sepuluh) langkah menuju keberhasilan menyusui, maka dijamin dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi dan anak, sesuai dengan MDGs (Millenium Development Goals). Peran tenaga kesehatan di ruang perawatan ibu dan bayi sangat besar, agar setiap bayi yang dipulangkan harus menyusu.
Kelompok pendukung ASI
Ibu yang mendapat dukungan dari sekitarnya, pada umumnya berhasil dalam menyusui bayinya. Terdapat korelasi antara rasa percaya diri ibu yang rendah dengan kegagalan menyusui. Intervensi perlu diubah dari edukasi ke upaya agar ibu menjadi percaya diri dalam menyusui bayinya.
Adanya kelompok pendukung ASI (mother-to-mother support group) sangat berharga, karena:
  1. Menguatkan rasa percaya diri ibu, terutama yang berasal dari kelompok tradisional yang biasanya mencari atau mendapat petunjuk tentang laktasi dari keluarga atau teman.
  2. Melakukan edukasi dan membantu ibu dalam menentukan pilihan
  3. Melakukan komunikasi dan kerjasama dengan tenaga medis dan konsultan laktasi di masyarakat untuk membantu ibu dalam membuat keputusan
  4. Memberikan bimbingan serta bantuan kepada ibu untuk mengetahui dan mencegah masalah yang mungkin timbul dalam menyusui.
Ibu bekerja
Ibu bekerja yang sebelumnya punya pengalaman menyusui biasanya lebih berhasil. Dukungan dari tempat ibu bekerja sangat diperlukan, dengan cara:
  1. Menyediakan tempat penitipan bayi di tempat kerja, agar ibu dapat menyusui anaknya pada jam istirahat, atau
  2. Pada 6 bulan pertama pasca persalinan, jam kerja dibuat lebih pendek untuk memberi kesempatan ibu menyusui
  3. Cuti pasca persalinan diperpanjang
Bila ketiga hal tersebut di atas tidak memungkinkan, maka ibu yang bekerja harus tetap menyusui. Bila bayi ditinggal kerja, bayi diberi ASI yang diperah, kalau terpaksa karena ASI yang diperah tidak mencukupi boleh diberikan susu formula. Kalau ibu sudah di rumah lagi, TIDAK diberikan susu formula, harus ASI.
Hambatan
Hambatan yang sering yaitu sikap negatif dari ibu, pasangan, dan tenaga kesehatan terhadap menyusui. Selain itu, faktor lain yang bisa menghambat proses menyusui adalah: ibu tunggal (single mother), ibu perokok, depresi pasca persalinan, tidak ikut dalam kelas pendidikan antenatal, terlalu awal memberi makanan pendamping ASI (MP-ASI), terlalu cepat kembali bekerja, tersedianya berbagai macam susu formula bayi di pasaran, promosi yang kurang etis dari produsen susu formula.
Kesimpulan
Peran keluarga sangat penting terhadap keberhasilan menyusui. Kelekatan ibu dan bayi dapat ditingkatkan dengan menerapkan 10 langkah menuju keberhasilan menyusui. Peran ayah dan nenek si bayi sangat besar. Tumbuh kembang anak pada bayi yang disusui akan lebih optimal, karena bayi mendapat makanan terbaik dan stimulasi yang lebih komprehensif.