Namun, orangtua dari anak yang terlahir prematur seringkali menemukan kesulitan dalam pemberian ASI. Hal ini disebabkan karena pada bayi prematur selain berat lahir rendah mungkin disertai juga gangguan medis akibat belum matangnya fungsi pernafasan, jantung, saluran cerna, serta fungsi organ lainnya. Bahkan kadang bayi prematur memerlukan perawatan di ruang intensif. Seluruh hal tersebut di atas dapat menjadi hambatan, khususnya dalam pemberian ASI sebagai nutrisi bayi prematur. Dalam uraian berikut ini, akan diulas lebih lanjut mengenai pemberian ASI pada bayi prematur secara praktis.
Definisi
Bayi prematur yaitu bayi yang lahir pada usia kehamilan kurang dari 37 minggu. Berkaitan dengan hal tersebut, bayi dapat dikelompokkan berdasarkan berat lahirnya, sebagai berikut:
- Bayi berat lahir rendah (BBLR), yaitu berat lahir — < 2500 gram.
- Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR), yaitu berat lahir 1000- < 1500 gram.
- Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR), yaitu berat lahir < 1000 gram.
Perkembangan fungsi oral-motor
Keterampilan oral-motor bayi prematur dibagi ke dalam 4 fase,
yaitu:
- Berkembangnya refleks menghisap.
- Kematangan proses menelan.
- Kematangan fungsi pernafasan.
- Koordinasi gerakan menghisap, menelan, dan bernafas.
Faktor predisposisi kekurangan gizi pada bayi prematur
Permasalahan medis bayi prematur yang mungkin ditemukan diantaranya yaitu ketidakstabilan keadaan umum bayi, bayi sulit menjalani masa transisi pada saat tidur ke keadaan bangun maupun sebaliknya, henti napas, daya tahan yang terbatas, inkoordinasi refleks mengisap, menelan, dan bernafas, serta kurang baiknya kontrol fungsi oral motor. Akibat permasalahan di atas, maka bayi prematur berisiko mengalami kekurangan gizi. Kekurangan gizi ini diantaranya disebabkan oleh meningkatnya kecepatan pertumbuhan dan kebutuhan metabolisme yang tinggi, cadangan yang tidak cukup, sistem fisiologi tubuh yang belum sempurna, atau karena bayi dalam keadaan sakit.
Komposisi ASI dari ibu yang melahirkan bayi prematur
ASI dari ibu yang melahirkan bayi prematur berbeda dengan ASI dari ibu yang melahirkan bayi cukup bulan. Hal ini disebabkan karena ASI merupakan cairan tubuh yang dinamis, dan komposisi ASI senantiasa berubah untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi baru lahir. ASI pertama yang dikonsumsi bayi, disebut fore-milk (ASI awal), mengandung kadar lemak yang lebih rendah, yang secara konstan meningkat kadarnya dalam hind-milk (ASI akhir), dan hal ini diduga yang mendasari timbulnya rasa puas atau kenyang pada bayi.
Selain itu, ASI bayi prematur ternyata mengandung lebih banyak sistein, taurin, lipase yang meningkatkan absorbsi lemak, asam lemak tak jenuh rantai panjang (long chain polyunsaturated fatty acids), nukleotida, dan gangliosida, selain juga memiliki bioavailabilitas yang lebih besar terhadap beberapa jenis elemen mineral.
Kandungan gizi ASI bayi prematur lebih tinggi dibandingkan dengan bayi matur (cukup bulan), sehingga pertumbuhan bayi prematur pada awalnya seringkali cukup baik. Komposisi ASI bayi prematur akan berubah menjadi serupa ASI bayi matur dalam waktu 3-4 minggu, namun pada saat itu masa kehamilan bayi juga sudah cukup bulan sehingga ASI-nya sesuai dengan kebutuhannya. Untuk bayi yang pada usia kronologis 4 minggu masa kehamilan belum mencapai 37 minggu selain ASI perlu ditambahkan Human Milk Fortifier (fortifikasi ASI).
Fortifikasi ASI mengandung protein bovine whey-predominant atau hidrolisat, karbohidrat yang khususnya terdiri atas polimer glukosa/maltodekstrin, mengandung natrium, kalsium, fosfor, magnesium, beberapa mikronutrien serta vitamin. Dari Cochrane Reviews, didapatkan bahwa fortifikasi multikomponen ASI meningkatkan retensi nitrogen, memperbaiki pertumbuhan, serta kandungan mineral tulang. Fortifikasi dimulai jika toleransi minum > 100 mL/kgbb/hari atau bayi sudah mencapai pemberian minum secara penuh. Untuk nutrisi yang optimal, bayi prematur membutuhkan asupan nutrisi 180 mL/kgbb/hari. Pemberian Human milk fortifier atau ASI yang difortifikasi umumnya dihentikan saat bayi akan pulang dari perawatan rumah sakit.
Keuntungan pemberian ASI
Kebutuhan nutrisi untuk optimalisasi pertumbuhan dan perkembangan menjadikan tata laksana nutrisi bayi baru lahir menjadi suatu tantangan tersendiri. Pada bayi sakit kritis, hal ini memerlukan perhatian khusus karena risiko tidak adekuatnya nutrisi yang diberikan.
Dari berbagai penelitian didapatkan bukti yang menunjukkan keuntungan pemberian ASI jangka pendek maupun jangka panjang. Keuntungan tersebut di antaranya, pencernaannya yang lebih mudah, lebih sedikit residu lambung dan kejadian muntah, menurunkan kejadian infeksi seperti sepsis dan meningitis, maupun enterokolitis nekrotikans. Dari penelitian Lukas dkk., didapatkan perbaikan hasil keluaran perkembangan neurologis di usia 7 – 8 tahun dari bayi prematur yang mendapatkan ASI. Penelitian serupa di Australia, memberikan hasil bahwa terdapat penurunan prevalens IQ yang rendah pada bayi prematur yang mendapat ASI. Selain itu, didapatkan pula bahwa kejadian Retinopathy of Prematurity berkurang dan bayi prematur juga mengalami perbaikan fungsi retina dengan pemberian ASI eksklusif.
Peran nukleotida ASI dalam imunonutrisi khususnya pada bayi prematur telah menjadi pusat perhatian akhir-akhir ini. Melalui ASI terjadi transfer hormon dan faktor pertumbuhan, dan pada ASI terdapat faktor proteksi imunologis serta antimikroba. Selain itu pemberian ASI mengurangi risiko alergi atau atopi.
Pemberian ASI pada bayi prematur sehat
Kemampuan bayi untuk menyusu bergantung pada kematangan fungsi refleks hisap dan menelan. Bayi dengan usia kehamilan ibu di atas 34 minggu (berat di atas 1800 gram) dapat disusukan langsung kepada ibu karena refleks hisap dan menelannya biasanya sudah cukup baik.
Bayi yang usia kehamilan ibu 32 minggu hingga 34 minggu (berat badan 1500-1800 gram) seringkali refleks menelan cukup baik, namun refleks menghisap masih kurang baik, oleh karena itu, Ibu dapat memerah ASI dan ASI dapat diberikan dengan menggunakan sendok, cangkir, atau pipet.
Jika bayi lahir dengan usia kehamilan ibu kurang dari 32 minggu (berat badan 1250-1500 gram), bayi belum memiliki refleks hisap dan menelan yang baik, maka ASI perah diberikan dengan menggunakan pipa lambung/orogastrik (sonde).
Pemberian minum dengan menggunakan cangkir merupakan metode alternatif pemberian minum bayi prematur. Metode ini juga didukung oleh Baby Friendly Hospital Initiative. Lang dkk. melakukan penelitian di Nepal pada bayi prematur yang diberikan ASI dengan cangkir, dan kini metode tersebut telah dipraktekkan hampir di seluruh dunia. Namun demikian, masih perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai pemberian ASI dengan cangkir, karena hasil-hasil penelitian masih kontroversi. Meta analisis Cochrane menyebutkan bahwa pemberian minum dengan menggunakan cangkir tidak direkomendasikan di atas penggunaan botol, karena penggunaan cangkir tidak memberikan keuntungan yang bermakna dalam mempertahankan pemberian ASI setelah bayi dipulangkan dari rumah sakit, selain juga didapatkan bahwa pemberian minum dengan cangkir berpotensi terhadap perawatan yang lebih lama di rumah sakit. Namun, terdapat peningkatan prevalens menyusui saat bayi prematur mendapatkan ASI dengan menggunakan cangkir dibandingkan dengan bayi yang menggunakan botol, dan hal serupa juga ditemukan pada bayi yang cukup bulan/matur.
Menyusui dengan menggunakan cangkir atau botol, berhubungan dengan kejadian tersedak yang cukup tinggi. Namun demikian, penggunaan cangkir cukup aman. Pemberian ASI dengan cangkir memerlukan waktu yang lebih lama dengan volume minum yang lebih sedikit dibandingkan dengan kelompok yang menggunakan botol, tetapi keuntungan yang diperoleh yaitu bayi dapat melakukan pengaturan atas kebutuhan minum, yang sesuai dengan perkembangan neurologis bayi prematur, sehingga tidak menyebabkan keterpaksaan saat minum.
Bukti obyektif lain didapatkan dari pengamatan denyut jantung dan saturasi oksigen, bahwa pada bayi yang diberi minum melalui cangkir, didapatkan laju denyut jantung yang lebih rendah serta saturasi oksigen yang lebih baik, sehingga pemberian minum dengan cangkir lebih alami dibandingkan kelompok yang mendapat pemberian ASI melalui botol susu. Bayi yang diberikan minum dengan cangkir menunjukkan perilaku yang lebih matur dibandingkan bayi yang diberi minum dengan botol pada usia di atas 6 minggu.
Penelitian serupa di Amerika Serikat oleh Jones (2005) didapatkan pola oksigenasi yang lebih stabil pada bayi prematur yang menyusu langsung pada ibu dibandingkan dengan bayi yang menyusu pada botol. Hasil pada penelitian ini juga didukung oleh penelitian serupa yang menemukan bahwa BBLSR yang menyusu langsung pada ibu lebih jarang mengalami desaturasi oksigen dibandingkan kelompok yang mendapat pemberian susu melalui botol. Sehingga dari hasil penelitian di atas, adalah logis untuk meningkatkan keterampilan minum bayi prematur setelah pemberian minum dengan pipa lambung, dengan disusukan langsung ke ibu tanpa harus melalui proses pemberian minum dengan menggunakan botol susu.
Kenyataannya, banyak BBLSR tidak dapat menyusu langsung pada payudara ibu pada saat lahir, dan memerlukan pemberian minum dengan ASI perah melalui pipa orogastrik. Belum didapatkan data kapan waktu terbaik mempersiapkan bayi untuk menyusu langsung pada ibu. Selain itu, banyak kekuatiran neonatologis bahwa BBLSR sebaiknya tidak menyusu langsung karena kuatir beban kerja yang terlalu berat bagi bayi, selain juga refleks hisap baru matang di usia 34 minggu. Namun penelitian yang dilakukan oleh Berger dkk. menemukan bahwa resting energy expenditure bayi prematur yang menyusu langsung pada ibu lebih rendah dibandingkan bayi yang menyusu pada botol. Hasil penelitian ini mendukung pula penggunaan ASI dibandingkan susu formula dari sudut keseimbangan/balans energi. Dari penelitian ini didapatkan pula bahwa bayi > 32 minggu tampaknya cukup aman untuk dapat menyusu langsung pada ibu, jika bayi dapat menoleransi pemberian minum oral, untuk mendapatkan keuntungan nutrisi, fisiologis, dan emosional.
Gambaran klinis yang dapat dijadikan acuan bahwa bayi prematur dapat mulai diberikan asupan nutrisi oral yaitu jika didapatkan: bayi dapat menoleransi pemberian nutrisi oral bolus, stabil fisiologinya, fungsi respirasi stabil, terdapat non-nutritive sucking yang ritmis dan usia kehamilan sekurangnya antara 32-34 minggu.
Pemberian ASI pada bayi prematur sakit
Bayi lahir prematur seringkali disertai masalah kesehatan. Bayi prematur sakit berat mungkin belum dapat minum (nutrisi enteral) sehingga perlu diberikan nutrisi melalui infus (nutrisi parenteral). Bayi yang lahir dengan berat lahir di bawah 1250 gram dengan permasalahan medis, mungkin perlu mendapat pemberian nutrisi parenteral selama 24 sampai 48 jam pertama, kemudian diberikan trophic feeding 10 mL/kgBB/24 jam. Jika bayi sudah dapat menoleransi pemberian minum, maka jumlah minum dapat dinaikkan sambil menurunkan pemberian nutrisi parenteral.
Dilaporkan bahwa terdapat gangguan struktur dan fungsi gastrointestinal, vili usus yang memendek, hilangnya DNA mukosa saluran cerna, kandungan protein dan aktivitas enzim berkurang, meskipun status anabolisme dipertahankan dengan pemberian nutrisi parenteral. Pada model tikus, atrofi gastrointestinal terjadi setelah 3 hari tanpa asupan enteral, dan perbaikan terjadi setelah mulai dilakukan pemberian nutrisi enteral. Pemberian trophic feeding (minimal enteral feeding, gastrointestinal priming, early hypocaloric feeding), merupakan suatu konsep yang diperkenalkan, untuk menghindari efek puasa. Prinsip trophic feeding yaitu untuk menstimulasi perkembangan saluran cerna/gastrointestinal, tanpa memperberat derajat penyakit. Trophic feeding diberikan dengan jumlah 10-20 mL/kg/hari.
Karena bayi prematur seringkali tidak dapat melakukan koordinasi antara gerakan menghisap, menelan, dan bernafas, maka perlu digunakan selang orogastrik. Metode yang sering digunakan yaitu infus susu kontinu dan intermiten (bolus) yang diberikan setiap 3 jam. Penelitian terkini memberikan hasil bahwa pemberian nutrisi secara bolus, memperbaiki konsentrasi hormon-hormon terkait dengan keadaan puasa-minum, sehingga memperbaiki perkembangan saluran cerna, serta didapatkan toleransi minum dan pertumbuhan yang lebih baik pada bayi yang mendapatkan nutrisi enteral secara bolus. Oleh karena itu, pemberian minum secara bolus lebih menguntungkan daripada pemberian minum kontinu pada bayi prematur dengan saluran cerna yang relatif lebih sehat.
Data penelitian terbaru juga menyokong pemberian minum lebih awal (GI early priming), yang ternyata tidak menambah komplikasi perawatan bayi baru lahir di ruang intensif. Masih diperlukan penelitian lanjutan, dalam hal penambahan volume early feeding, agar pemberian terapi nutrisi parenteral dapat dikurangi. Pemberian nutrisi enteral lebih memiliki keuntungan dibandingkan nutrisi parenteral, di antaranya yaitu mempertahankan integritas mukosa saluran cerna dan menurunkan kejadian sepsis akibat translokasi bakteri.
Dari beberapa penelitian didapatkan bahwa toleransi terhadap susu, fungsi hati, penyakit metabolik tulang, lama hari perawatan, dan penambahan berat bayi mengalami perbaikan setelah dilakukan pola trophic feeding. Infeksi Rumah Sakit (IRS) juga berkurang, mungkin disebabkan perbaikan barrier mukosa gastrointestinal, atau disebabkan perubahan yang melibatkan flora enterik yang menguntungkan. Penggunaan ASI memberikan efek yang paling nyata, karena berhubungan dengan menurunnya morbiditas.
Rekomendasi pemberian minum pada bayi lahir dengan usia kehamilan kurang dari 37 minggu harus berdasarkan pada berat lahir dan tahap perkembangan, yang ditingkatkan sesuai dengan usia koreksi. Berdasarkan usia koreksi, Peningkatan pemberian minum pada kebanyakan bayi prematur hampir menyamai bayi cukup bulan.
Menilai kecukupan pemberian ASI bayi prematur
Uji pengukuran berat (weighing test) sering digunakan untuk memperkirakan asupan susu bayi yang mendapat ASI. Pada hari yang sama sampel susu dikumpulkan, bayi ditimbang sebelum dan sesudah mendapatkan ASI, tanpa menggunakan pakaian.
Peningkatan berat sesudah bayi mendapatkan ASI (gram) dihitung sebagai jumlah asupan ASI (gram). Pengukuran berat tersebut dikonversi ke dalam ukuran volume, dengan mengalikan dengan faktor berat jenis, yaitu 1,031. Berat bayi diharapkan meningkat sekitar 20-40 g/hari, jika peningkatan di atas 40 g/hari perlu dipertimbangkan kemungkinan pemberian nutrisi yang berlebihan, atau disebabkan retensi cairan.
Kesimpulan
ASI merupakan nutrisi terbaik untuk bayi lahir kurang bulan dan cukup bulan. Pemberian ASI pada bayi kurang bulan memberikan keuntungan nutrisi, fisiologis, maupun emosional. Cara pemberian ASI tergantung pada kemampuan bayi menghisap dan menelan.