Laktogogue adalah obat atau zat yang dipercaya dapat membantu
merangsang, mempertahankan atau meningkatkan produksi air susu ibu (ASI)
ibu menyusui. Produksi ASI yang rendah merupakan alasan tersering
ibu/orangtua untuk menghentikan menyusui bayinya sehingga ibu-ibu dan
dokter berusaha mencari obat untuk mengatasi masalah ini.
ASI diproduksi melalui proses kompleks yang mencakup faktor fisik dan
emosional serta interaksi banyak hormon terutama hormon prolaktin.
Setelah bayi dilahirkan dan plasenta dikeluarkan, kadar hormon
progesteron dan estrogen ibu menurun sehingga kadar prolaktin akan
meningkat dan dimulailah produksi ASI (kontrol endokrin). Setelah
beberapa hari kadar prolaktin secara bertahap berkurang tetapi produksi
ASI dipertahankan bahkan meningkat karena mekanisme umpan balik lokal
yaitu dengan mengosongkan payudara (kontrol otokrin) Oleh karena itu,
peningkatan kadar prolaktin diperlukan untuk meningkatkan produksi ASI,
tetapi tidak untuk mempertahankan produksi ASI. Jika pengosongan
payudara tidak dilakukan secara teratur dan sempurna, produksi ASI akan
berkurang. Sebaliknya, makin sering dan sempurna pengosongan payudara
menyebabkan peningkatan produksi ASI.
Prolaktin
Prolaktin dihasilkan oleh kelenjar hipofisis bagian depan akibat
stimulasi pada puting. Proses ini diatur oleh hipotalamus dengan dopamin
sebagai mediator. Konsentrasi prolaktin serum meningkat selama
kehamilan dari 10 ug/L pada wanita tidak hamil menjadi 200 ug/L pada
saat kehamilan cukup bulan. Prolaktin dihambat kerjanya dengan kenaikan
konsentrasi hormon progesteron. Setelah persalinan, prolaktin ibu yang
tidak menyusui akan kembali ke kadar sebelum hamil dalam 2-3 minggu
pasca melahirkan. rolaktin serum basal ibu menyusui tetap tinggi dan
meningkat lebih tinggi karena stimulasi pada puting.
Oksitosin
Ketika bayi menyusu di payudara ibu, saraf sensoris di areola
terangsang. Rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus, menyebabkan
pelepasan oksitosin dari hipofisis bagian belakang. Pelepasan oksitosin
dihambat oleh katekolamin yang diproduksi jika ibu stres atau kesakitan.
Pencegahan dan pemecahan masalah menyusui yang menyebabkan ibu
kesakitan dan stres sangat penting untuk mencapai keberhasilan menyusui.
Indikasi laktogogue
Pada umumnya indikasi penggunaan laktogogue adalah ingin menyusui
bayi adopsi (induksi menyusui pada ibu yang tidak mengandung bayi
tersebut), relaktasi (menyusui kembali setelah berhenti) dan
meningkatkan produksi yang kurang lancar karena ibu atau bayi sakit atau
setelah dipisahkan. Ibu yang tidak menyusui secara langsung tetapi
dengan memerah ASI dengan tangan atau dengan pompa sering mengalami
penurunan dalam produksi ASI setelah beberapa minggu. Alasan tersering
penggunaan laktogogue adalah untuk meningkatkan produksi ASI yang
berkurang pada ibu dengan bayi prematur atau bayi sakit yang dirawat di
unit perawatan intensif. Banyak obat, makanan dan pengobatan herbal yang
direkomendasi sebagai laktogogue. Pada makalah ini akan dibahas
beberapa laktogogue yang umum dipakai.
Metoklopramid
Metoklopramid pada awalnya dipakai sebagai obat antipsikotik dan
kemudian di Amerika dipakai sebagai obat gastrokinetik. Penggunaan obat
ini sebagai laktogogue pertama kali dilaporkan pada tahun 1975 dalam
sebuah surat dan untuk pertama kali diteliti pada tahun 1979.
Banyak penelitian metoklopramid sebagai laktogogue, tetapi tidak dianggap sahih dengan standar kedokteran berbasis bukti (evidence based medicine)
saat ini. Banyak dari penelitian itu tidak menggunakan plasebo, hanya
beberapa yang dilakukan secara acak serta tidak menggunakan dasar-dasar
manajemen laktasi yang baik.
Metoklopramid meningkatkan produksi ASI dengan menghambat pelepasan
dopamin di susunan saraf pusat, yang mengakibatkan peningkatan kadar
prolaktin. Obat ini adalah obat muntah dan juga sering digunakan untuk
refluks gastroesofagus pada bayi. Walaupun kadar di ASI pernah diukur
lebih tinggi dari kadar serum ibu, kadar pada bayi tidak dapat diukur
atau kadarnya di bawah kadar terapi dan tidak pernah dilaporkan efek
samping pada bayi. Metoklopramid tidak merubah komposisi ASI secara
bermakna. Banyak penelitian yang menunjukkan kegunaan obat ini dalam
menginduksi dan meningkatkan produksi ASI, tetapi hanya satu penelitian
dengan kontrol tidak berhasil menunjukkan kegunaan obat ini. Penelitian
ini membuktikan bahwa memberikan konseling dan semangat kepada ibu
berguna untuk kesuksesan proses menyusui.
Efek samping berupa keletihan, mengantuk, dan diare dapat terjadi
tetapi biasanya ibu tidak perlu menghentikan penggunaan obat ini. Obat
harus dihentikan jika terjadi gejala ekstrapiramidal yaitu penurunan
kesadaran, sakit kepala, kebingungan, pusing, depresi mental, gelisah
atau agitasi. Reaksi distonik akut jarang terjadi (<0,5%) dan mungkin
memerlukan pengobatan difenhidramin. Metoklopramid tidak boleh
digunakan pada pasien epilepsi atau dalam pengobatan anti kejang,
mempunyai riwayat depresi atau dalam pengobatan antidepresi, mempunyai
feokromositoma atau hipertensi tidak terkontrol, perdarahan atau
obstruksi intestinal, riwayat alergi terhadap metoklopramid.
Dosis yang dipakai 30-45 mg per hari dibagi dalam 3-4 dosis, selama
7-14 hari dengan dosis penuh dan diturunkan bertahap selama 5-7 hari.
Penggunaan yang lebih lama dapat meningkatkan kejadian depresi.
Kadang-kadang produksi dapat berkurang ketika dosis diturunkan, dosis
efektif terendah dapat diteruskan.
Domperidon
Domperidon adalah suatu antagonis dopamin yang dipakai sebagai
pengobatan dispepsia postprandial kronik, esofagitis refluks dan emesis.
Domperidon dipakai sebagai laktogogue pertama kali dilaporkan tahun
1983. Zat ini meningkatkan prolaktin serum pada wanita menyusui dan
tidak menyusui. Pada wanita yang tidak menyusui, domperidon kurang
efektif dibandingkan metoklopramid dengan dosis yang sama dalam
meningkatkan prolaktin serum tetapi efeknya sama pada wanita yang telah
memiliki lebih dari satu anak.
Dosis domperidon untuk menginduksi dan mempertahankan laktasi
berkisar 10-30 mg sehari 3 kali. Efek farmakologik domperidon lebih pada
perifer dari pada sentral seperti metoklopramid.Domperidon sedikit
larut dalam lemak, mempunyai berat molekul yang lebih besar dan sedikit
berikatan dengan protein dibandingkan metoklopramid. Sifat ini yang
menyebabkan terbatasnya zat ini melewati sawar darah otak, sehingga
mengurangi efek samping ekstrapiramidal.
Suatu penelitian acak, tersamar ganda, kontrol dengan plasebo oleh Da
Silva dkk dilakukan terhadap 20 orang ibu dengan bayi prematur. Mereka
mendapatkan domperidon 10 mg (n=11) atau plasebo (n=9) 3 kali sehari
selama 7 hari. Pada hari ke 5 terdapat perbedaan kenaikan prolaktin
serum pada kelompok domperidon dan plasebo. Produksi ASI mengalami
kenaikan dari hari ke 2 ke hari ke 7 sebanyak 45% pada kelompok
domperidon dan 17% pada kelompok plasebo. Banyaknya perbedaan data dasar
pada kedua kelompok pada penelitian ini dan banyaknya dropout, maka pelitian ini gagal membuktikan tentang kegunaan domperidon sebagai laktogogue.
Efek samping domperidon sangat jarang, yaitu mulut kering, sakit
kepala (berkurang dengan pengurangan dosis) dan kram perut. Pengobatan
domperidon dosis tinggi dalam waktu lama pada tikus dihubungkan dengan
peningkatan jumlah tumor payudara. Hal ini belum pernah dilaporkan pada
manusia. Domperidon tidak boleh diberikan pada pasien yang diketahui
sensitif terhadap obat ini dan pasien dengan gangguan saluran cerna
(perdarahan saluran cerna, sumbatan mekanik atau perforasi).
Dosis yang dipakai 10-20 mg 3-4 kali per hari selama 3-8 minggu.
Sebagian besar ibu telah menunjukkan respon 3-4 hari, tetapi bisa
berkisar 24 jam sampai 2-3 minggu untuk mendapatkan efek maksimal.
Sulpirid
Sulpirid adalah obat antipsikotik (neuroleptik) yang kerjanya dengan
meningkatkan prolactin releasing hormone. Dua penelitian telah
menunjukkan peningkatan produksi ASI dibandingkan plasebo. Efek samping
pada ibu berupa efek ekstrapiramidal seperti pada penggunaan
metoklopramid dan peningkatan berat badan. Dosis yang dianjurkan adalah
50 mg dua atau tiga kali per hari.
Chlorpromazin
Chlorpromazin adalah sebuah anti psikotik yang juga sudah digunakan
sebagai laktogogue. Pada suatu laporan kasus, disebutkan dosis 25 mg
tiga kali sehari selama 1 minggu berhasil meningkatkan produksi ASI.
Bentuk molekul chlorpromazin serupa dengan molekul dopamin, dan
mempunyai kemampuan mengikat reseptor dopamin. Hal ini menyebabkan
peningkatan kadar prolaktin.
Penggunaan antipsikotik seperti sulpirid atau chlorpromazin dalam
meningkatkan proses laktasi sudah dilakukan, tetapi penggunaan zat ini
terbatas karena efek sampingnya termasuk kemungkinan reaksi
ekstrapiramidal dan peningkatan berat badan.
Hormon Pertumbuhan
Mekanisme kerja hormon pertumbuhan dalam meningkatkan laktasi belum
diketahui. Penelitian Gabay pada 16 ibu sehat diberikan hormon
pertumbuhan manusia dan plasebo pada hari ke 3-9. Pada data awal,
produksi ASI kedua kelompok sama. Setelah 7 hari pengobatan, terdapat
kenaikan produksi ASI yang bermakna pada kelompok yang mendapat terapi
hormon pertumbuhan dibandingkan dengan kelompok plasebo. Tidak ada
perubahan yang berarti dalam kandungan ASI dan tidak ada efek samping
pada ibu. Penggunaan obat ini sebagai laktogogue masih terbatas.
Thyrotrophin-Releasing Hormone
Thyrotrophin-releasing hormone (TRH) di Amerika Serikat dipakai
sebagai bahan diagnostik untuk menilai fungsi tiroid. Strukturnya sama
dengan TRH natural, yang meningkatkan pelepasan TSH dan prolaktin. Peter
dkk. meneliti 19 ibu dengan ASI kurang secara acak. Pada kelompok yang
mendapat TRH, produksi ASI meningkat.
Penggunaan TRH dosis tinggi (40 mg) untuk waktu yang lama dihubungkan
dengan terjadinya hipotiroid, tetapi tidak terjadi pada penelitian di
atas. Pada praktek klinik, penggunaan TRH untuk inisiasi dan
mempertahankan ASI tidak umum.
Oksitosin
Obat ini tidak lagi dipakai di Amerika Serikat. Penelitian oleh Rusi
dkk pada 8 ibu dengan bayi prematur yang mendapatkan oksitosin semprot
atau cairan plasebo sebelum menyusui, didapatkan hasil berupa
peningkatan produksi ASI pada ibu yang menggunakan oksitosin semprot
hidung 3-5 kali pada primipara dan 2 kali lipat pada multipara. Pada
penelitian ini tidak ditemukan perubahan dalam komposisi ASI.
Laktogogue herbal/natural
Sepanjang sejarah wanita telah menggunakan herbal atau makanan untuk
memperkuat produksi ASI mereka. Sebagian besar dari bahan-bahan ini
belum dievaluasi secara ilmiah tetapi secara tradisional aman dan
efektif. Mekanisme kerjanya belum semua diketahui. Herbal yang sering
disebutkan sebagai laktogogue antara lain fenugreek, goat’s rue, milk thistle, anise basil, blessed thistle, biji fennel, dan marshmallow.
Bir sering digunakan pada beberapa kebudayaan, tetapi alkohol dapat
menurunkan produksi ASI. Di daerah Batak dikenal daun bangun-bangun,
sedangkan di daerah Jawa dikenal daun katuk, di Sulawesi Utara dikenal
jantung pisang yang dapat meningkatkan produksi ASI.
Fenugreek (Trigonella foenum-graecum) merupakan herbal yang paling
sering direkomendasi sebagai laktogogue. Fenugreek merupakan anggota
keluarga kacang-kacangan (pea family). Zat ini telah digunakan
untuk berbagai indikasi termasuk batuk, bronkitis, sakit tenggorokan,
dan sakit pada menstruasi. Sebagai laktogogue, obat ini dilaporkan tahun
1945. Tetapi belum ada laporan yang resmi. Mekanisme kerja yang
spesifik tidak diketahui, secara teori fenugreek mungkin mempengaruhi
produksi ASI dengan merangsang produksi keringat dan payudara adalah
modifikasi kelenjar keringat. Pada penelitian 1200 ibu yang menggunakan
obat ini, dilaporkan peningkatan produksi ASI dalam 24-72 jam setelah
terapi dimulai. Penghentian obat ini dilakukan setelah produksi ASI
cukup. Dosis fenugreek sebagai laktogogue yang direkomendasikan adalah
2-3 kapsul tiga kali per hari. Efek samping yang dilaporkan jarang yaitu
berupa bau seperti maple pada urin dan keringat, diare, dan memperberat
gejala asma.
Daun katuk (Sauropus androgynus) banyak digunakan secara tradisional
di Indonesia. Saroni dkk. mendapatkan hasil kenaikan produksi ASI
sebanyak 50,7% lebih banyak pada ibu yang mengkonsumsi ekstrak daun
katuk dibandingkan kelompok plasebo. Pemberian ekstrak daun katuk
menurunkan jumlah subyek kurang ASI sebanyak 12,5%. Zat ini tidak
menurunkan kualitas ASI karena tidak ada perbedaan kadar protein dan
kadar lemak ASI. Dosis yang digunakan 3 x 300 mg per hari selama 15 hari
terus-menerus.
Kesimpulan
Laktogogue telah banyak diteliti dan digunakan untuk meningkatkan dan
mempertahankan produksi ASI termasuk pada keadaan prematuritas, gagal
tumbuh, adopsi dan pemisahan ibu bayi karena ibu atau bayi sakit.
Sebelum menggunakan laktogogue ini, sebaiknya memperbaiki teknik
menyusui, dan faktor-faktor lain yang mungkin menjadi penyebab kurangnya
produksi ASI.
Beberapa obat seperti metoklopramid, Domperidon, Sulpirid, dan
klorpromazin dilaporkan penggunaannya untuk mempertahankan proses
menyusui dan memperbaiki produksi ASI. Walaupun demikian penggunaan obat
tersebut perlu pengawasan karena adanya efek samping yang dilaporkan.
Laktogogue herbal dapat dipertimbangkan penggunaannya pada keadaan
kekurangan ASI dengan mempertimbangkan risiko dan keuntungannya.