Setiap keluarga tentu ingin mendapatkan keturunan yang sehat dan
normal, untuk dapat meneruskan generasi keluarganya. Kelahiran seorang anak
yang sehat dan normal sangat erat kaitannya dengan kondisi sang ibu. Seorang
ibu yang sedang hamil atau ketika menyusui harus sangat
memperhatikan kondisi ketercukupan gizinya supaya buah hatinya juga
terpenuhi gizinya.
Seorang ibu sudah selayaknya mendapatkan
zat gizi yang lebih banyak karena ia bukan hanya harus memenuhi kebutuhan
nutrisi dan gizi bagi dirinya saja, namun juga bagi bayinya. Kalau makanan yang
dikonsumsi oleh ibu terbatas, atau bahkan kurang, maka sangat berisiko bagi
diri dan bayinya.
Begitu juga untuk pemenuhan kebutuhan
gizi anak ketika masa kritis tumbuh kembangnya. Ada beberapa hal penting
yang harus menjadi perhatian orangtua secara seksama agar pertumbuhan mereka
sehat dan normal sesuai harapan.
Kebutuhan gizi ibu hamil
Jenis kebutuhan gizi
pada masa kehamilan tergantung pada usia kehamilan. Pada minggu kedua
sampai kedelapan, sebagian organ bayi seperti jantung, ginjal dan paru-paru
sudah mulai terbentuk. Tambahan gizi dalam bentuk vitamin dan mineral sangat
diperlukan. Kekurangan vitamin A, riboflavin, vitamin B6, dan vitamin B2 bisa
menyebabkan terjadinya kelainan cacat bawaan.
Mulai minggu kedepalan sampai
kelahiran, diperlukan tambahan nutrisi khususnya dalam bentuk kalori dan
protein. Pada masa ini janin tumbuh dengan cepat dan calon ibu pun membutuhkan
cadangan kalori untuk persiapan kelahiran dan produksi air susu ibu (ASI).
Kekurangan gizi ibu hamil bisa
menyebabkan bayi lahir kecil, mudah sakit-sakitan, dan mempengaruhi
kecerdasannya. Wanita hamil membutuhkan kalori lebih banyak dari kebutuhan
normal. Kebutuhan normal sehari sekitar 2.200 kalori, dan pada masa hamil
diperlukan tambahan sebanyak 300 kalori.
Kebutuhan kalori bagi wanita
hamil itu bisa dipenuhi misalnya dengan beras 350 gram, daging 200 gram, tempe
100 gram, telur 50 gram, kacang hijau 25 gram, sayuran 250 gram, buah 200 gram,
minyak 25 gram, gula 25 gram dan susu 250 cc.
Gizi untuk ibu menyusui
Ibu menyusui memerlukan, kalori,
protein dan mineral dan vitamin yang tinggi. Semua itu diperlukan untuk
produksi ASI dan menjaga kesahatan ibu. Seorang ibu menyusui rata-rata
menghasilkan 800 ml ASI sehari, yang mengandung sekitar 600 kalori. Untuk itu,
seorang ibu
yang menyusui membutuhkan tambahan sebesar sekitar 800 kalori, atau
rata-rata 3.000 kalori sehari.
Kebutuhan ini bisa dipenuhi
dengan beras 400 gram, daging 200 gram, telur 50 gram, tempe 100 gram, kacang
hijau 25 gram, sayuran 300 gram, buah 200 gram, minyak 25 gram, gula pasir 25
gram, dan susu 500 cc atau sebanyak dua gelas.
Ibu menyusui memerlukan protein
tambahan sekitar 25 gram sehari. Protein itu bisa diperoleh dari 100 gram
daging dan satu gelas susu. Daging bisa diganti dengan ayam, hati, ikan, tahu
tempe atau kacang-kacangan.
Selain itu ia membutuhkan
tambahan kalsium sekitar 0,5 gram dan zat besi 5 gram sehari. Kalsium bisa
diperoleh dari susu, sayuran hijau, dan ikan teri smentara zat besi
terdapat antara lain dalam daging, hati, kuning telur, sayuran hijau dan
kacang-kacangan.
Ibu menyusui juga membutuhkan
ekstra vitamin. Antara lain vitamin A yang terdapat dalam susu, keju, mentega,
hati, minyak ikan. Vitamin B yang terdapat dalam beras tumbuk, kacang hijau,
kacang tanah, tempe, telur, ikan, susu dan sayuran hijau. Sedang kebutuhan
vitamin C bisa dipenuhi dari sayuran, terutama sayuran hijau, buah seperti
jeruk, pepaya dan jambu biji.
Gizi untuk balita
Sedangkan untuk memenuhi
kebutuhan gizi bayi, para ahli nurisi menyarankan sampai usia tiga bulan
sebaiknya bayi hanya diberi ASI saja (ASI eksklusif). Setelah usia itu, makanan
bayi bisa ditambah dengan buah yang dicairkan dengan air masak, disamping tetap
diberi ASI sesering mungkin.
Untuk yang berusia antara empat
sampai enam bulan, bisa mulai diperkenalkan dengan makanan lumat, misalnya
bubur tepung, bubur encer disaring ditambah dengan sayuran, dan lauk pauk yang
juga disaring. Ketika bayi berumur tujuh sampai 12 bulan, sebaiknya diberi
makan lembek antara lain berupa nasi tim, bubur campur, dan nasi lembek. Ketika
anak sudah berusia di atas satu tahun, bisa diberi makan seperti orang dewasa,
tatapi tidak pedas.
Pemberian makan
pelengkap bayi sebaiknya dimulai sedikit demi sedikit, dan diberikan pada
waktu bayi sedang lapar. Makanan pelengkap itu sebaiknya juga diperkenalkan
satu persatu, sampai anak benar-benar dapat menerima makan tersebut.
Pada masa balita, karena
pertumbuhan fisik dan mental anak – terutama sel-sel otak yang cepat- ia
membutuhkan zat pembangun dan pengatur, antara lain terdapat dalam ikan,
daging, telur, susu, kacang-kacangan, tempe, sayuran berwarna hijau, sayuran
berwarna kuning jingga seperti wortel, tomat, buah berwarna kuning.
Anak juga memerlukan tambahan
sumber tenaga untuk aktivitasnya, yang bisa diperoleh dari beras, kentang,
roti, makaroni, mie, tepung-tepungan, gula dan minyak. Untuk mengetahui apakah
makanan yang diberikan sudah mencukupi kebutuhan anak, dapat dilihat dari
perkembangan berat badannya. (cp/kmp)
Setiap keluarga tentu ingin mendapatkan keturunan yang sehat dan normal, untuk dapat meneruskan generasi keluarganya. Kelahiran seorang anak yang sehat dan normal sangat erat kaitannya dengan kondisi sang ibu. Seorang ibu yang sedang hamil atau ketika menyusui harus sangat memperhatikan kondisi ketercukupan gizinya supaya buah hatinya juga terpenuhi gizinya.
Seorang ibu sudah selayaknya mendapatkan
zat gizi yang lebih banyak karena ia bukan hanya harus memenuhi kebutuhan
nutrisi dan gizi bagi dirinya saja, namun juga bagi bayinya. Kalau makanan yang
dikonsumsi oleh ibu terbatas, atau bahkan kurang, maka sangat berisiko bagi
diri dan bayinya.
Begitu juga untuk pemenuhan kebutuhan
gizi anak ketika masa kritis tumbuh kembangnya. Ada beberapa hal penting
yang harus menjadi perhatian orangtua secara seksama agar pertumbuhan mereka
sehat dan normal sesuai harapan.
Kebutuhan gizi ibu hamil
Jenis kebutuhan gizi
pada masa kehamilan tergantung pada usia kehamilan. Pada minggu kedua
sampai kedelapan, sebagian organ bayi seperti jantung, ginjal dan paru-paru
sudah mulai terbentuk. Tambahan gizi dalam bentuk vitamin dan mineral sangat
diperlukan. Kekurangan vitamin A, riboflavin, vitamin B6, dan vitamin B2 bisa
menyebabkan terjadinya kelainan cacat bawaan.
Mulai minggu kedepalan sampai
kelahiran, diperlukan tambahan nutrisi khususnya dalam bentuk kalori dan
protein. Pada masa ini janin tumbuh dengan cepat dan calon ibu pun membutuhkan
cadangan kalori untuk persiapan kelahiran dan produksi air susu ibu (ASI).
Kekurangan gizi ibu hamil bisa
menyebabkan bayi lahir kecil, mudah sakit-sakitan, dan mempengaruhi
kecerdasannya. Wanita hamil membutuhkan kalori lebih banyak dari kebutuhan
normal. Kebutuhan normal sehari sekitar 2.200 kalori, dan pada masa hamil
diperlukan tambahan sebanyak 300 kalori.
Kebutuhan kalori bagi wanita
hamil itu bisa dipenuhi misalnya dengan beras 350 gram, daging 200 gram, tempe
100 gram, telur 50 gram, kacang hijau 25 gram, sayuran 250 gram, buah 200 gram,
minyak 25 gram, gula 25 gram dan susu 250 cc.
Gizi untuk ibu menyusui
Ibu menyusui memerlukan, kalori,
protein dan mineral dan vitamin yang tinggi. Semua itu diperlukan untuk
produksi ASI dan menjaga kesahatan ibu. Seorang ibu menyusui rata-rata
menghasilkan 800 ml ASI sehari, yang mengandung sekitar 600 kalori. Untuk itu,
seorang ibu
yang menyusui membutuhkan tambahan sebesar sekitar 800 kalori, atau
rata-rata 3.000 kalori sehari.
Kebutuhan ini bisa dipenuhi
dengan beras 400 gram, daging 200 gram, telur 50 gram, tempe 100 gram, kacang
hijau 25 gram, sayuran 300 gram, buah 200 gram, minyak 25 gram, gula pasir 25
gram, dan susu 500 cc atau sebanyak dua gelas.
Ibu menyusui memerlukan protein
tambahan sekitar 25 gram sehari. Protein itu bisa diperoleh dari 100 gram
daging dan satu gelas susu. Daging bisa diganti dengan ayam, hati, ikan, tahu
tempe atau kacang-kacangan.
Selain itu ia membutuhkan
tambahan kalsium sekitar 0,5 gram dan zat besi 5 gram sehari. Kalsium bisa
diperoleh dari susu, sayuran hijau, dan ikan teri smentara zat besi
terdapat antara lain dalam daging, hati, kuning telur, sayuran hijau dan
kacang-kacangan.
Ibu menyusui juga membutuhkan
ekstra vitamin. Antara lain vitamin A yang terdapat dalam susu, keju, mentega,
hati, minyak ikan. Vitamin B yang terdapat dalam beras tumbuk, kacang hijau,
kacang tanah, tempe, telur, ikan, susu dan sayuran hijau. Sedang kebutuhan
vitamin C bisa dipenuhi dari sayuran, terutama sayuran hijau, buah seperti
jeruk, pepaya dan jambu biji.
Gizi untuk balita
Sedangkan untuk memenuhi
kebutuhan gizi bayi, para ahli nurisi menyarankan sampai usia tiga bulan
sebaiknya bayi hanya diberi ASI saja (ASI eksklusif). Setelah usia itu, makanan
bayi bisa ditambah dengan buah yang dicairkan dengan air masak, disamping tetap
diberi ASI sesering mungkin.
Untuk yang berusia antara empat
sampai enam bulan, bisa mulai diperkenalkan dengan makanan lumat, misalnya
bubur tepung, bubur encer disaring ditambah dengan sayuran, dan lauk pauk yang
juga disaring. Ketika bayi berumur tujuh sampai 12 bulan, sebaiknya diberi
makan lembek antara lain berupa nasi tim, bubur campur, dan nasi lembek. Ketika
anak sudah berusia di atas satu tahun, bisa diberi makan seperti orang dewasa,
tatapi tidak pedas.
Pemberian makan
pelengkap bayi sebaiknya dimulai sedikit demi sedikit, dan diberikan pada
waktu bayi sedang lapar. Makanan pelengkap itu sebaiknya juga diperkenalkan
satu persatu, sampai anak benar-benar dapat menerima makan tersebut.
Pada masa balita, karena
pertumbuhan fisik dan mental anak – terutama sel-sel otak yang cepat- ia
membutuhkan zat pembangun dan pengatur, antara lain terdapat dalam ikan,
daging, telur, susu, kacang-kacangan, tempe, sayuran berwarna hijau, sayuran
berwarna kuning jingga seperti wortel, tomat, buah berwarna kuning.
Anak juga memerlukan tambahan
sumber tenaga untuk aktivitasnya, yang bisa diperoleh dari beras, kentang,
roti, makaroni, mie, tepung-tepungan, gula dan minyak. Untuk mengetahui apakah
makanan yang diberikan sudah mencukupi kebutuhan anak, dapat dilihat dari
perkembangan berat badannya. (cp/kmp)