ASI Sebagai Pencegah Malnutrisi pada Bayi

ASI Sebagai Pencegah Malnutrisi pada Bayi

[edit lirik]
ASI adalah makanan terbaik untuk bayi. ASI akan mencegah malnutrisi karena ASI mengandung zat-zat gizi yang dibutuhkan bayi dengan tepat, mudah digunakan secara efisien oleh tubuh bayi dan melindungi bayi terhadap infeksi. Kira-kira selama tahun pertama kehidupannya, sistem kekebalan bayi belum sepenuhnya berkembang dan tidak bisa melawan infeksi seperti halnya anak yang lebih besar atau orang dewasa, oleh karena itu zat kekebalan yang terkandung dalam ASI sangat berguna.
Komposisi ASI tidak selalu sama, disesuaikan dengan kebutuhan bayi setiap saat. Komposisi ASI akan bervariasi tergantung usia bayi, sehingga ada yang disebut kolostrum, ASI peralihan, dan ASI matur. Komposisi ASI juga bervariasi dari awal hingga akhir menyusui. Foremilk (ASI awal) adalah ASI yang bening yang diproduksi pada awal penyusuan. Foremilk banyak mengandung laktosa dan protein. Hindmilk (ASI akhir) adalah ASI yang lebih putih pekat, diproduksi pada akhir penyusuan. Hindmilk banyak mengandung lemak yang sangat diperlukan sebagai sumber tenaga dan pembentukan otak.
Pertumbuhan bayi yang mendapat ASI berbeda dengan yang mendapatkan susu formula. Sampai saat ini masih banyak kurva(grafik) pertumbuhan yang menggunakan kurva NCHS/CDC. Kurva ini mengacu pada pertumbuhan bayi yang sebagian besar mempergunakan susu formula, sehingga bayi yang mendapat ASI seolah-olah mengalami hambatan pertumbuhan mulai usia 4-12 bulan, walaupun pada tahun kedua terjadi sedikit percepatan pertumbuhan. Pada tahun 2005 WHO mengeluarkan kurva pertumbuhan berdasarkan bayi yang mendapat ASI. Dengan kurva yang baru ini diharapkan penilaian kecukupan ASI dan pertumbuhan bayi yang mendapat ASI eksklusif akan menjadi lebih obyektif.
Dalam topik ini akan dibahas tentang kandungan dan komposisi ASI, volume ASI dan kecukupan ASI bagi bayi, serta menilai pertumbuhan bayi yang mendapat ASI eksklusif. Dengan demikian dapat dijelaskan peran ASI dalam mencegah malnutrisi.
Komposisi ASI
ASI merupakan larutan kompleks yang mengandung karbohidrat, lemak, dan protein. Karbohidrat utama dalam ASI adalah laktosa. Di dalam usus halus laktosa akan dipecah menjadi glukosa dan galaktosa oleh enzim laktase. Produksi enzim laktase pada usus halus bayi kadang-kadang belum mencukupi, untungnya laktase terdapat dalam ASI. Sebagian laktosa akan masuk ke usus besar, dimana laktosa ini akan difermentasi oleh flora usus (bakteri baik pada usus) yaitu laktobasili. Bakteri ini akan menciptakan keadaan asam dalam usus yang akan menekan pertumbuhan kuman patogen (kuman yang menyebabkan penyakit) pada usus dan meningkatkan absorpsi (penyerapan) kalsium dan fosfor.
Kurang lebih 50% energi yang terkandung pada ASI berasal dari lemak, atau kurang lebih terdapat 40 gram lemak dalam 1 liter ASI (40 g/L). Lemak dalam ASI ada dalam bentuk butiran lemak yang absorpsinya ditingkatkan oleh BSSL (bile salt-stimulated lipase). Asam lemak yang terkandung pada ASI kaya akan asam palmitat, asam oleat, asam linoleat dan asam alfa linolenat. Trigliserida adalah bentuk lemak utama pada ASI, dengan kandungan antara 97% – 98%. ASI sangat kaya asam lemak esensial yaitu asam lemak yang tidak bisa diproduksi tubuh tetapi sangat diperlukan untuk pertumbuhan otak. Asam lemak esensial tersebut adalah asam linoleat 8-17%, asam α linolenat 0,5-1,0%, dan derivatnya yaitu asam arakidonat (AA) 0,5-0,7% dan asam dokosaheksanoat (DHA) 0,2-0,5%.
Lemak pada ASI didapatkan pada hindmilk (susu akhir). Bayi mendapatkan kebutuhan energinya sebagian besar dari lemak. Karena itu penting sekali untuk membiarkan bayi menyusu pada satu payudara sampai habis dan baru dipindahkan ke payudara satunya apabila bayi masih menginginkannya. Menghentikan bayi yang sedang menyusu akan mengurangi lemak yang didapatkan, dengan demikian bayi tidak mendapat cukup energi. Selain itu menghentikan bayi yang menyusu bisa menyebabkan ”hipergalaktia”. Kejadian hipergalaktia bisa muncul karena ibu memberikan ASI dalam waktu sebentar (5-10 menit) pada satu sisi dan kemudian pindah ke payudara lain. Akibatnya pengosongan payudara tidak optimal dan bayi mendapat sejumlah besar foremilk yang banyak mengandung laktosa dan sedikit hindmilk yang banyak mengandung lemak. Akibat lain hipergalaktia adalah timbulnya malabsorpsi (gangguan pencernaan), pembentukan gas yang berlebihan sehingga bayi kembung, dan terjadinya gagal tumbuh pada bayi karena bayi hanya mendapatkan sedikit lemak.
Kandungan protein dalam ASI dalam bentuk whey 70% dan kasein 30%, dengan variasi komposisi whey : kasein adalah 90:10 pada hari ke-4 sampai 10 setelah melahirkan, 60:40 pada ASI matur (hari ke-11 sampai 240) dan 50:50 setelah hari ke-240. Pada susu sapi perbandingan whey : kasein adalah 18:82. Protein whey tahan terhadap suasana asam dan lebih mudah diserap sehingga akan mempercepat pengosongan lambung. Selain itu protein whey mempunyai fraksi asam amino fenilalanin, tirosin, dan metionin dalam jumlah lebih rendah dibanding kasein, tetapi dengan kadar taurin lebih tinggi. Komponen utama protein whey ASI adalah alfa-laktalbumin, sedangkan protein whey pada susu sapi adalah beta-laktoglobulin. Laktoferin, lisozim, dan sIgA adalah merupakan bagian dari protein whey yang berperan dalam pertahanan tubuh.
Kandungan zat aktif lain dalam ASI yang terutama bekerja untuk fungsi kekebalan tubuh adalah komponen protein (α-laktalbumin, β-laktoglobulin, kasein, enzim, faktor pertumbuhan, hormon, laktoferin, lisozim, sIgA, dan imunoglobulin lain), nitrogen non protein (α-amino nitrogen, keratin, kreatinin, glukosamin, asam nukleat, nukleotida, poliamin, urea, asam urat), karbohidrat (laktosa, oligosakarida, glikopeptida, faktor bifidus), lemak (vitamin larut dalam lemak – A, D, E, K-, karotenoid, asam lemak, fosfolipid, sterol dan hidrokarbon, trigliserida), vitamin yang larut dalam air (biotin, kolin, folat, inositol, niasin, asam pantotenat, riboflavin, thiamin, vitamin B12, vitamin B6, vitamin C), mineral dan ion (bikarbonat, kalsium, khlorida, sitrat, magnesium, fosfat, kalium, natrium, sulfat), trace mineral (kromium, kobalt, copper, fluorid, iodine, mangaan, molybdenum, nickel, selenium dan seng), serta sel (sel epithelial, leukosit, limfosit, makrofag, dan neutrofil). Sehingga dapat dimengerti dengan mendapatkan ASI, bayi mendapatkan kekebalan terhadap berbagai penyakit seperti radang paru-paru, radang telinga, diare, dan juga mengurangi risiko alergi.
Kecukupan ASI
Volume ASI
Setelah melahirkan seorang ibu memerlukan ketrampilan khusus untuk merawat bayinya, memberikan ASI dengan secara benar baik pelekatan (attachment) maupun posisinya. Pada umumnya ibu akan trampil dan menyusui menjadi mantap setelah beberapa hari sampai minggu. Produksi ASI akan meningkat segera setelah lahir sampai usia 4 sampai 6 minggu dan setelah itu produksinya akan menetap. Produksi ASI pada hari pertama dan kedua sangat sedikit tetapi akan meningkat menjadi ± 500 mL pada hari ke-5, 600 sampai 690 mL pada minggu kedua, dan kurang lebih 750 mL pada bulan ke-3 sampai ke-5. Produksi ASI ini akan menyesuaikan kebutuhan bayi (on demand). Jika saat itu bayi mendapat tambahan makanan dari luar (misalnya susu formula), maka kebutuhan bayi akan ASI berkurang dan berakibat produksi ASI akan turun. ASI sebanyak 750-1000 mL/ hari menghasilkan energi 500-700 kkal/hari, yaitu setara dengan energi yang diperlukan bayi dengan berat badan 5–6 kg.
Produksi ASI akan menyesuaikan kebutuhan bayi, oleh karenanya sangat dianjurkan untuk menyusui secara on-demand, artinya sesuai dengan keinginan bayi. Suatu penelitian di Rusia dengan memberikan 4 perlakuan berbeda pada bayi baru lahir. Kelompok I bayi dilakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) 25-120 menit setelah lahir dan skin-to-skin contact, bayi tidak memakai baju, dan setelah itu dilakukan rawat gabung, bayi dan ibu dalam 1 kamar sehingga bayi menyusui on-demand. Kelompok II dilakukan IMD 25-120 menit setelah melahirkan tetapi bayi sudah dibungkus selimut sesuai kebiasaan tradisional di usia, selanjutnya dilakukan rawat gabung. Kelompok III tidak dilakukan IMD dan tidak dilakukan rawat gabung. Kelompok IV tidak dilakukan IMD tetapi dilakukan rawat gabung. Tampak bahwa rerata volume ASI terbanyak adalah pada kelompok IMD skin-to-skin contact dan dilakukan rawat gabung sehingga bayi dapat menyusu on-demand. Rerata volume ASI adalah 300 ml/hari pada multipara (ibu yang melahirkan kedua kali atau lebih) dan 250 ml untuk primipara (ibu yang melahirkan pertama kali). Sedangkan kelompok III yang tidak dilakukan IMD dan rawat gabung mempunyai volume yang paling sedikit.
Penelitian lain pada 71 bayi usia 1-6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif dan on demand dengan dilakukan penimbangan berat badan setiap kali menyusu mendapatkan hasil sebagai berikut:
  1. Bayi menyusu 10 – 12 kali dalam sehari
  2. Rata-rata produksi ASI adalah 800 mL/ hari
  3. Produksi ASI setiap kali menyusui adalah 90-120 mL/ kali, yang dihasilkan 2 payudara
  4. Pada umumnya bayi akan menyusu pada payudara pertama sebanyak 75 mL dan dilanjutkan 50 mL pada payudara kedua
  5. Rata-rata frekuensi menyusui malam hari (jam 22 sampai 4 pagi) adalah 1-3 kali.
Tanda-tanda bahwa bayi mendapat cukup ASI
Untuk mencegah malnutrisi seorang ibu harus mengetahui tanda kecukupan ASI, terutama pada bulan pertama. Setelah bulan pertama tanda kecukupan ASI lebih tergambar melalui perubahan berat badan bayi. Tanda bahwa bayi mendapat cukup ASI adalah :
  1. Produksi ASI akan “berlimpah” pada hari ke-2 sampai ke-4 setelah melahirkan, nampak dengan payudara bertambah besar, berat, lebih hangat dan seringkali ASI menetes dengan spontan
  2. Bayi menyusu 8 – 12 kali sehari, dengan pelekatan yang benar pada setiap payudara dan menghisap secara teratur selama minimal 10 menit pada setiap payudara.
  3. Bayi akan tampak puas setelah menyusu dan seringkali tertidur pada saat menyusu, terutama pada payudara yang kedua
  4. Frekuensi buang air kecil (BAK) bayi > 6 kali sehari. Urin berwarna jernih, tidak kekuningan. Butiran halus kemerahan (yang mungkin berupa kristal urat pada urin) merupakan salah satu tanda ASI kurang.
  5. Frekuensi buang air besar (BAB) > 4 kali sehari dengan volume paling tidak 1 sendok makan, tidak hanya berupa noda membekas pada popok bayi, pada bayi usia 4 hari sampai 4 minggu. Sering ditemukan bayi yang BAB setiap kali menyusu, dan hal ini merupakan hal yang normal
  6. Feses berwarna kekuningan dengan butiran-butiran berwarna putih susu diantaranya (seedy milk), setelah bayi berumur 4 sampai 5 hari. Apabila setelah bayi berumur 5 hari, fesesnya masih berupa mekoneum (berwarna hitam seperti ter), atau transisi antara hijau kecoklatan, mungkin ini merupakan salah satu tanda bayi kurang mendapat ASI.
  7. Puting payudara akan terasa sedikit sakit pada hari-hari pertama menyusui. Apabila sakit ini bertambah dan menetap setelah 5 – 7 hari, lebih-lebih apabila disertai dengan lecet, hal ini merupakan tanda bahwa bayi tidak melekat dengan baik saat menyusu. Apabila tidak segera ditangani dengan membetulkan posisi dan pelekatan bayi maka hal ini akan menurunkan produksi ASI
  8. Berat badan bayi tidak turun lebih dari 10% dibanding berat lahir
  9. Berat badan bayi kembali seperti berat lahir pada usia 10 sampai 14 hari setelah lahir.
Perilaku bayi menyusu tidak dapat dijadikan patokan bahwa bayi mendapat cukup ASI. Beberapa bayi menyusu dengan cepat, tetapi bayi lain menyusu dengan diselingi istirahat/ tidur. Cara menyusu bayi seperti di bawah ini semuanya normal:
  1. Barracudas adalah tipe menyusu dengan tangan bayi memegang puting dan kemudian menyusu secara kuat selama 10-20 menit.
  2. Excited ineffectives (ketidak efektifan yang berlebihan) dimana bayi ingin sekali secara aktif untuk menyusu dengan puting yang dikeluarkan dan dimasukkan secara berulang-ulang ke dalam mulut, dan kemudian menangis apabila ASI tidak keluar.
  3. Procrastinators adalah tipe bayi yang menunggu sampai ASI keluar dan kemudian mulai menyusu dengan baik.
  4. Gourmerts adalah bayi yang menjilat dan merasakan ASI yang menetes terlebih dahulu sebelum benar-benar melekat pada puting. Apabila bayi dipaksa untuk cepat-cepat menyusu, maka bayi justru menolak.
  5. Resters adalah tipe yang lebih suka menyusu beberapa menit kemudian berhenti beberapa menit sehingga membutuhkan waktu menyusu yang lama.
Sindrom ASI kurang
“Sindrom ASI kurang” jarang terjadi. Hanya 5% ibu yang betulbetul mengalami sindrom ASI kurang yang umumnya karena kelainan anatomis payudara, seperti hipoplasia payudara (payudara tidak berkembang). Penyebab lainnya adalah radiasi pada kanker payudara dan operasi pada payudara. Sedangkan penyebab ASI kurang yang lain biasanya disebabkan karena proses menyusui yang tidak benar, misalnya engorgement (bengkak) pada payudara. Akibat dari engorgement adalah pengeluaran zat penghambat kimiawi yang akan menekan produksi ASI.
Penyebab lain adalah puting lecet yang seringkali disebabkan karena pelekatan bayi pada payudara ibu yang salah. Penggunaan dot/ kempeng akan menyebabkan bayi bingung puting dan menyebabkan pelekatan yang salah. Ibu yang mengalami puting lecet akan kesakitan sehingga frekuensi menyusui akan berkurang. Akibatnya masih banyak ASI yang tersisa (residu), dan selanjutnya seperti mekanisme di atas maka produksi ASI akan berkurang. Rasa sakit sendiri akan menekan keluarnya hormon prolaktin yang juga akan menurunkan produksi ASI. Ibu yang terpisah dari bayinya, misalnya karena ibu bekerja, sering bepergian, atau sakit dan dirawat di Rumah Sakit akan menyebabkan frekuensi menyusui berkurang, maka pengosongan payudara juga berkurang dan berakibat produksi ASI juga berkurang. Bayi prematur, bayi berat lahir rendah (BBLR), bayi sakit kelainan anatomis rongga mulut seperti ankiloglosia, mikrognatia, dan sumbing, bayi dengan infeksi berat, gangguan pernafasan seperti asfiksia, penyakit jantung bawaan adalah penyebab lain “sindrom ASI kurang”.
Sindrom ASI kurang bisa dicegah dan diatasi apabila tandatanda kekurangan sekunder ini dapat dikenali secara dini dan penyebabnya diketahui. Sebagian besar penyebab dapat diatasi dengan memberikan bantuan praktis pada ibu untuk membetulkan pelekatan bayi pada puting payudara ibu dan posisi menyusu bayi. Apabila tidak diatasi hal ini akan menyebabkan asupan ASI kurang sehingga terjadi malnutrisi pada bayi.
Pertumbuhan bayi yang mendapat ASI eksklusif
Bayi yang mendapat ASI eksklusif akan kembali ke berat lahir paling tidak pada usia 2 minggu, dan tumbuh sesuai atau bahkan di atas grafik sampai usia 3 bulan Penurunan berat badan bayi selama 2 minggu pertama kehidupan tidak boleh melebihi 10%. Bayi yang lahir dengan berat rendah lebih lambat kembali ke berat lahir dibandingkan bayi dengan berat lahir normal, yang dapat lebih jelas diikuti dengan kurva Dancis.
Apabila memakai grafik pada KMS yang biasa dipakai, bayi yang mendapat ASI eksklusif akan tumbuh lebih lambat sebelum usia 4 sampai 6 bulan. Bayi yang mendapat susu formula akan tumbuh lebih cepat setelah 6 bulan, dan seringkali hal ini dihubungkan dengan risiko obesitas di kemudian hari. Berdasarkan Survei Kesehatan dan Nutrisi Nasional III di Amerika Serikat didapatkan bahwa bayi yang mendapat ASI eksklusif selama 4 bulan (saat itu batasan ASI eksklusif adalah 4 bulan), pada usia 8-11 bulan, mempunyai rerata berat badan, panjang badan dan lingkar lengan atas lebih rendah dibanding yang mendapatkan susu formula.
Namun pada bayi yang mendapat ASI eksklusif akan terjadi catch up growth (tumbuh kejar), sehingga pada usia 5 tahun tidak didapatkan perbedaan antara bayi yang mendapat ASI dengan bayi yang mendapat susu formula. Perlu untuk diketahui, kurva NCHS yang saaat itu dipakai, dibuat berdasarkan pertumbuhan bayi kulit putih yang terutama mendapatkan susu formula. Bayi yang mendapat ASI eksklusif tumbuh lebih cepat pada usia 2 sampai 4 bulan pada kurva NCHS, tetapi mulai usia 6 bulan sampai 1 tahun pertumbuhan tersebut mengalami deselerasi (penurunan).
Hal ini juga terjadi pada penelitian WHO di Eropa, bayi yang mendapat ASI eksklusif ≥ 4 bulan dan terus menyusui sampai umur 1 tahun, terjadi deselerasi pertumbuhan apabila diterapkan pada kurva NCHS. Secara global perlambatan pertumbuhan terjadi pada usia 3 bulan dan secara cepat akan menurun sampai usia 12 bulan. Setelah itu perlambatan pertumbuhan melandai sampai kira-kira usia 18 sampai 19 bulan dan setelah itu akan terjadi percepatan pertumbuhan. Penelitian di negara sedang berkembang seperti Mexico, Senegal dan Kenya mendapatkan bahwa bayi yang mendapatkan ASI eksklusif mempunyai pertumbuhan berat badan dan panjang badan lebih baik dibanding susu formula. Tentu saja apabila digunakan kurva NCHS, pertumbuhan bayi tersebut terletak pada garis pertumbuhan yang bawah.
Tahun 2005 WHO mengeluarkan kurva pertumbuhan yang baru berdasarkan penelitian pada bayi yang mendapat ASI eksklusif dari ibu yang tidak merokok, yang diikuti dari lahir sampai usia 24 bulan, dan penelitian belah lintang pada anak usia 18 – 71 bulan. Penelitian ini meliputi 8440 bayi dari Brasilia (Amerika Selatan), Ghana (Afrika), India dan Oman (Asia), Norwegia (Eropa) dan Amerika Serikat. Dengan berbagai latar belakang etnis dan budaya yang mewakili berbagai negara di semua benua, maka diharapkan perbedaan pertumbuhan berat dan panjang badan karena faktor genetik dapat diabaikan. Dengan memakai kurva pertumbuhan yang baru, diharapkan pertumbuhan bayi yang mendapat ASI eksklusif di semua negara dapat dinilai lebih obyektif. Beberapa kurva pertumbuhan pada buku kesehatan anak di Indonesia sudah memakai grafik ini, tetapi sampai saat ini belum ada penelitian berskala besar yang melaporkan arah pertumbuhan bayi di Indonesia maupun negara lain setelah penggunaan kurva ini.
Kesimpulan
ASI adalah nutrisi terbaik untuk bayi karena mengandung zat gizi dan zat kekebalan yang dibutuhkan bayi. Kendala pemberian ASI eksklusif terutama disebabkan oleh kurangnya pemahaman ibu maupun keterampilan petugas kesehatan tentang kecukupan ASI terutama pada minggu pertama menyusui. Pada bayi usia kurang dari 3 bulan. Perlambatan pertumbuhan yang terjadi sebagian besar disebabkan oleh menyusui. Dengan melihat tanda kecukupan ASI dan bimbingan petugas terlatih untuk memberikan ASI eksklusif secara benar, hambatan ini dapat teratasi. Pelekatan dan posisi menyusui yang tidak benar akan menimbulkan masalah seperti puting lecet dan engorgement, sekaligus dapat menurunkan produksi ASI dan menyebabkan malnutrisi pada bayi. Kontak dengan tenaga kesehatan sangat diperlukan, terutama hari-hari pertama sampai 4 minggu kemudian.
Dianjurkan penggunaan kurva (grafik) pertumbuhan WHO 2005 yang dibuat berdasarkan pertumbuhan bayi yang mendapat ASI eksklusif pada setiap pusat kesehatan pemerintah dan swasta. Pertumbuhan berat dan panjang badan bayi dicatat dan digambar setiap bulan pada kurva pertumbuhan.