Tanya Jawab Orangtua Mengenai Imunisasi

Tanya Jawab Orangtua Mengenai Imunisasi

[edit lirik]
Mengapa jadwal imunisasi di beberapa praktek dokter, klinik atau rumah sakit berbeda-beda ?
Perbedaan jadwal imunisasi pada kurun waktu yang berbeda di beberapa praktek dokter antara lain karena sumber rujukan yang berbeda, adanya pergeseran epidemiologi penyakit tertentu, adanya modifikasi untuk memudahkan orangtua, atau pertimbangan khusus berdasarkan keadaan bayi dan anak pada saat itu. Apabila diamati lebih teliti, jadwal yang seolah berbeda-beda tersebut umunya masih berada rentang umur jadwal yang dianjurkan oleh Program Pengembangan Imunisasi (PPI – Depkes) maupun Satgas Imunisasi PP IDAI.
Jadwal Imunisasi mana yang terbaik ?
Sesuai dengan jawaban di atas, maka jadwal yang terbaik adalah yang masih masuk di dalam rentang umur Jadwal Imunisasi PPI Depkes maupun PPI Depkes maupun Rekomendasi SAtgas Imunisasi PP IDAI (Bab III JAdwal Imunisasi). Namun harus dipertimbangkan pula keadaan dan riwayat bayi/anak yang berkaitan dengan indikasi kontra atau risiko kejadian ikutan pasca imunisasi, serta permintaan orangtua (misalnya vaksinasi varilrix sebelum umur 10 tahun). Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut dokter dapat melakukan penyesuaian untuk kepentingan bayi / anak, disertai penjelasan kepada orangtua.

Jika pada saat balita sudah diimunisasi lengkap, apakah di sekolah perlu diimunisasi lagi ? Mengapa perlu ?
Imunisasi yang perlu diberikan ulangan pada sekolah pada sekolah dasar yaitu imunisasi campak dan DT (kelas 1), dan TT (kelas 2, 3 dan 6). Banyak anak yang sudah divaksinasi waktu bayi ternyata pada umur 5 -7 tahun 28,3 % diantaranya masih terkena campak. Pada umur >10 tahun masih dijumpai kasus difteria. Untuk pemberantasan tetanus neonatorium sedikitnya dibutuhkan 5 kali suntikan tetanus toksoid sejak bayi sampai dewasa, sehingga kekebalan pada umur dewasa akan berlangsung sekitar 20 tahun lagi (Bab III Jadwal Imunisasi dan Imunisasi Anak Sekolah)

Bayi / Anak sedang pilek batuk bolehkah di imunisasi ?
Boleh. Batuk pilek ringan tanpa demam boleh diimunisasi, kecuali bila bayi sangat rewel, imunisasi dapat ditunda 1 – 2 minggu kemudian.

Jika sedang minum antibiotik bolehkah diimunisasi ?
Boleh, karena antibiotik tidak mengganggu potensi vaksin. Perlu dipertimbangkan apabila bayi / anak menderita penyakit atau keadaan tertentu sesuai pedoman umum vaksinasi.

Jika sedang minum obat lain apakah boleh diimunisasi ?
Apabila anak sedang minum obat prednison 2 mg/kgbb/hari, dianjurkan menunda imunisasi 1 bulan setelah selesai pengobatan.

Sesudah diimunisasi apakah pasti tidak akan tertular penyakit tersebut ?
Bayi / Anak yang telah diimunisasi walaupun kemungkinannya kecil masih dapat tertular penyakit tersebut, namun jauh lebih ringan dibanding terkena penyakit secara alami.

Apaah jadwal imunisasi untuk bayi prematur harus ditunda ?
Ya, vaksin polio sebaiknya diberikan sesudah bayi prematur berumur 2 bulan atau berat badan sudah > 2000 gram, demikian pula DPT, hepatitis B dan Hib.

Berapa lama jarak antara pemberian ASI dengan pemberian vaksin polio oral ?
Air susu ibu dapat diberikan segera setelah imunisasi polio oral pada umur lebih dari 1 minggu. ASI yang diproduksi dalam 1 minggu pertama (kolostrum) terdapat antibodi dengan titer tinggi yang dapat mengikat vaksin polio oral.

Bagaimana jika bayi memuntahkan vaksin polio ?
Jika muntah terjadi sebelum 10 menit segera berikan lagi vaksin polio dengan dosis sama.
Jika muntah berulang, berikan lagi pada keesokan harinya.

Apabila jarak antar imunisasi labih lama dari jarak yang dianjurkan, apakah vaksinasi perlu diulang ?
Tidak pelu diulang, karena sistem imunisasi tubuh dapat “mengingat” rangsangan vaksin terdahulu. Lanjutkan dengan vaksinasi yang belum diberikan dengan jarak sesuai anjuran.

Apabila anak diberi beberapa jenis vaksin sekaligus apakah tidak berbahaya ?
Tidak berbahaya, asalkan imunisasi dilakukan di bagian tubuh yang berbeda (misalnya paha / lengan kiri dan kanan), menggunakan alat suntik yang berlainan dan memperhatikan ketentuan umum tentang pemberian vaksin.

Beberapa dokter menyuntikkan vaksin di tempat yang berbeda walaupun vaksinnya sama. Apakah ada perbedaan kekebalan ?
(Misalnya penyuntikan vaksin BCG ada yang di lengan atau pinggul, campak, hepatitis B, Hib, DPT di lengan atau paha).
Pemilihan tempat penyuntikan vaksin berdasarkan beberapa pertimbangan antara lain tebal otot atau lemak, untuk mendapatkan kekebalan optimal, cedera yang minimal pada jaringan, pembuluh darah, saraf di sekitarnya, memperkecil kemungkinan rasa tidak nyaman pada bayi dan anak akibat gerakan, sentuhan, terutama apabila bayi sudah dapat berjalan, dan bayi dan anak akibat gerakan, sentuhan, terutama apabila bayi sudah dapat berjalan, dan pertimbangan estetis. Perbedaan tempat penyuntikan tidak menimbulkan perbedaan kekebalan, asalkan kedalaman penusukan jarum atau jaringan yang disuntik vaksin (infrakutan, subkutan, intramuskular) sesuai dengan ketentuan untuk setiap jenis vaksin. Khusus untuk BCG sudah ada kesepakatan diberikan pada lengan kanan atas (deltoid)

Jika pada imunisasi terdahulu timbul kejadian ikutan pasca imunisasi, bagaimana jadwal vaksinasi selanjutnya ?
Jika kejadian ikutan pasca imunisasi hanya ringan, vaksinasi berikutnya sesuai jadwal, tetapi jika berat sebaiknya dosis berikutnya tidak dilanjutkan. Jika kejadian ikutan pasca imunisasi DPT cukup berat, dosis berikutnya menggunakan vaksin DT.

Apakah dibenarkan mengurangi dosis menjadi setengahnya atau menjadi dosis terbagi (split doses) ?
Pengurangan dosis menjadi setengahnya, atau membagi dosis sangat tidak dibenarkan.

Apabila bayi / anak sudah pernah sakit campak, rubela atau batuk rejan bolehkah di imunisasi untuk penyakit-penyakit tersebut? Apakah justru indikasi kontra ?
Boleh, walaupun ada riwayat pernah menderita penyakit tersebut vaksinasi tidaklah berbahaya. Vaksinasi bayi / anak dengan riwayat pernah sakit campak akan meningkatkan kekebalan dan tidak menimbulkan risiko. Diagnosis campak dan rubella tanpa konfirmasi laboratorium sangat tidak dapat dipercaya. Anak dengan riwayat pernah sakit tersebut sebaiknya tetap diberikan MMR.

Apakah anak yang menderita epilepsi bolehkah diimunisasi ?
Kelainan neurologik yang stabil dan riwayat kejang atau epilepsi di dalam keluarga bukanlah indikasi kontra untuk memberikan vaksinasi DPT. Orangtua atau pengasuh harus diingatkan bahwa sesudah vaksinasi dapat timbul demam, oleh karena itu dianjurkan untuk segera memberikan obat penurun panas. Harus diingatkan pula bahwa demam pasca vaksinasi campak timbul 5 – 10 hari setelah imunisasi.

Apakah anak yang menderita alergi boleh diimunisasi ?
Pasien asma, eksim dan pilek boleh diimunisasi tetapi kita harus sangat berhati-hati jika anak alergi berat terhadap telur. Jika riwayat reaksi anafilaktik terhadap telur (urtikaria luas, pembengkakan mulut atau tenggorok, kesulitan bernafas, mengi, penurunan tekanan darah atau syok) merupakan indikasi kontra untuk vaksin influenza, demam kuning dan demam Q. Sedangkan untuk vaksin MMR karena kejadian reaksi anafilaktik sangat jarang, masih boleh diberikan dengan pengawasan.

Apakah imunisasi menyebabkan anak menderita autisme ?
Sampai saat ini belum ada bukti yang menyokong bahwa imunisasi (jenis imunisasi apapun) dapat menyebabkan autisme. Baik Badan Kesehatan Dunia (WHO) maupun Departemen Kesehatan & Kesos RI tetap merekomendasikan pemberian semua imunisasi sesuai jadwal yang telah ditentukan.