Tanya Jawab Polio

Tanya Jawab Polio

[edit lirik]
Setelah pemberian vaksin polio tetes, apakah dapat timbul panas, mencret ?
Walaupun sangat jarang terjadi, tetapi kadang-kadang dapat terjadi mencret ringan, tanpa panas.

Pemberian vaksin polio lebih dari 2 tetes apakah berbahaya ?
Tidak berbahaya, karena virus vaksin polio sudah dilemahkan, artinya  tidak dapat menimbulkan kelumpuhan, tetapi  masih bisa berkembang biak dan  bisa merangsang kekebalan didalam usus maupun di dalam darah bayi dan anak.  Namun bila meneteskan terlalu banyak sebaiknya dicatat identitas bayi / anak, kemudian dilakukan pengamatan selama beberapa minggu.

Berapa lama jarak antara pemberian ASI atau susu formula dengan pemberian vaksin polio oral ?
ASI dapat diberikan segera setelah imunisasi polio oral pada umur lebih dari 1 minggu. Hanya di dalam kolostrum terdapat antibodi dengan titer tinggi yang dapat mengikat vaksin polio oral.  Susu formula boleh segera diberikan setelah vaksinasi polio oral.

Bagaimana jika bayi  memuntahkan vaksin polio ?
Jika muntah terjadi sebelum 10 menit segera berikan lagi vaksin polio dengan dosis sama. Jika muntah berulang, berikan lagi pada keesokan harinya.

Mana yang lebih bagus : vaksin polio yang diteteskan di mulut (polio oral) atau yang disuntikkan ?
Vaksin polio yang diteteskan dimulut adalah virus polio vaksin yang masih hidup tetapi dilemahkan, sehingga masih bisa berkembang biak di usus, dan dapat merangsang usus dan darah untuk membentuk zat kekebalan (antibodi) terhadap virus polio liar. Artinya, bila ada virus polio liar masuk ke dalam usus bayi/anak tersebut, maka virus polio liar tersebut akan diikat dan dimatikan oleh zat kekebalan tersebut yang dibentuk di usus dan di dalam darah , sehingga tidak dapat berkembang biak,  tidak membahayakan bayi / anak tersebut, dan tidak dapat menyebar ke anak-anak sekitarnya.
Vaksin polio suntik, isinya virus polio mati yang disuntikan di otot lengan atau paha, sehingga tidak dapat berkembang biak di usus dan tidak menimbulkan kekebalan diusus, namun dapat menimbulkan kekebalan di dalam darah. Oleh karena itu, bila ada virus polio liar yang masuk ke dalam usus bayi/anak yang disuntik vaksin polio, maka virus polio liar masih bisa berkembang biak di ususnya (karena tidak ada kekebalan di dalam ususnya) tetapi ia tidak sakit, karena ada kekebalan di dalam darahnya. Tetapi karena virus polio liar masih bisa berkembang biak diususnya, maka  bisa menyebar melalui tinja ke anak-anak lain, dan dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak-anak disekitarnya. Oleh karena itu, di negara atau wilayah yang masih ada transmisi polio liar semua bayi dan anak balita harus diberi virus polio yang diteteskan ke dalam mulut, agar ususnya mampu mematikan virus polio liar, sehingga menghentikan proses penyebaran. Bila selama 5 tahun atau lebih tidak ditemukan lagi virus polio liar, maka secara bertahap dapat menggunalkan virus polio suntik.
Virus polio suntik boleh diberikan pada pasien yang kekebalannya rendah, misalnya karena sedang mendapat pengobatan kortikosteroid dosis tinggi dalam jangka lama, mendapat obat-obat anti kanker, menderita HIV AIDS, atau didalam rumahnya ada penderita-penderita tersebut.

Sumber : Buku Pedoman Imunisasi Di Indonesia