Walaupun sangat jarang terjadi, tetapi kadang-kadang dapat terjadi mencret ringan, tanpa panas.
Tidak berbahaya, karena virus vaksin polio
sudah dilemahkan, artinya tidak dapat menimbulkan kelumpuhan, tetapi
masih bisa berkembang biak dan bisa merangsang kekebalan didalam usus
maupun di dalam darah bayi dan anak. Namun bila meneteskan terlalu
banyak sebaiknya dicatat identitas bayi / anak, kemudian dilakukan
pengamatan selama beberapa minggu.
ASI dapat diberikan segera setelah
imunisasi polio oral pada umur lebih dari 1 minggu. Hanya di dalam
kolostrum terdapat antibodi dengan titer tinggi yang dapat mengikat
vaksin polio oral. Susu formula boleh segera diberikan setelah
vaksinasi polio oral.
Jika muntah terjadi sebelum 10 menit segera
berikan lagi vaksin polio dengan dosis sama. Jika muntah berulang,
berikan lagi pada keesokan harinya.
Vaksin polio yang diteteskan dimulut adalah
virus polio vaksin yang masih hidup tetapi dilemahkan, sehingga masih
bisa berkembang biak di usus, dan dapat merangsang usus dan darah untuk
membentuk zat kekebalan (antibodi) terhadap virus polio liar. Artinya,
bila ada virus polio liar masuk ke dalam usus bayi/anak tersebut, maka
virus polio liar tersebut akan diikat dan dimatikan oleh zat kekebalan
tersebut yang dibentuk di usus dan di dalam darah , sehingga tidak dapat
berkembang biak, tidak membahayakan bayi / anak tersebut, dan tidak
dapat menyebar ke anak-anak sekitarnya.
Vaksin polio suntik, isinya virus polio
mati yang disuntikan di otot lengan atau paha, sehingga tidak dapat
berkembang biak di usus dan tidak menimbulkan kekebalan diusus, namun
dapat menimbulkan kekebalan di dalam darah. Oleh karena itu, bila ada
virus polio liar yang masuk ke dalam usus bayi/anak yang disuntik vaksin
polio, maka virus polio liar masih bisa berkembang biak di ususnya
(karena tidak ada kekebalan di dalam ususnya) tetapi ia tidak sakit,
karena ada kekebalan di dalam darahnya. Tetapi karena virus polio liar
masih bisa berkembang biak diususnya, maka bisa menyebar melalui tinja
ke anak-anak lain, dan dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak-anak
disekitarnya. Oleh karena itu, di negara atau wilayah yang masih ada
transmisi polio liar semua bayi dan anak balita harus diberi virus polio
yang diteteskan ke dalam mulut, agar ususnya mampu mematikan virus
polio liar, sehingga menghentikan proses penyebaran. Bila selama 5 tahun
atau lebih tidak ditemukan lagi virus polio liar, maka secara bertahap
dapat menggunalkan virus polio suntik.
Virus polio suntik boleh diberikan pada
pasien yang kekebalannya rendah, misalnya karena sedang mendapat
pengobatan kortikosteroid dosis tinggi dalam jangka lama, mendapat
obat-obat anti kanker, menderita HIV AIDS, atau didalam rumahnya ada
penderita-penderita tersebut.
Sumber : Buku Pedoman Imunisasi Di Indonesia