Seringkali dijumpai pertanyaan apakah ibu penderita hepatitis B boleh
menyusui bayinya. Dengan kata lain bagaimana peran ASI pada penularan
hepatitis B. Untuk menjawab pertanyaan tersebut penting disampaikan juga
epidemiologi hepatitis B, kemungkinan-kemungkinan yang terjadi apabila
seseorang terinfeksi virus hepatitis B, cara penularan dan upaya
pencegahannya. Pembahasan ini disertai dengan bukti ilmiah dari salah
satu penelitian dari banyak penelitian tentang peran ASI dalam penularan
hepatitis B yang telah dikerjakan di beberapa tempat di dunia.
Bukti-bukti ilmiah tersebut yang digunakan sebagai dasar pembuatan
kebijakan upaya penurunan kejadian infeksi virus B di dunia maupun di
Indonesia tanpa merugikan hal-hal yang sangat berguna bagi bayi yaitu
pemberian ASI eksklusif.
Hepatitis B dan Epidemiologi
Hepatitis adalah peradangan hati yang dapat disebabkan oleh virus,
bakteri, parasit dan lain-lain.Peradangan ini dapat berdiri sendiri atau
merupakan ikutan dari infeksi sistemis. Hepatitis virus hepatotropik
adalah keradangan hati yang disebabkan oleh virus yang target utamanya
adalah hati. Contoh dari virus hepatotropik adalah virus hepatitis A, B,
C, D, dan E, yang kemudian penyakitnya disebut sesuai virus
penyebabnya. Contohnya hepatitis yang disebabkan oleh virus hepatitis B
dikenal sebagai hepatitis B. Diantara hepatitis virus tersebut yang
dapat dicegah dengan imunisasi saat ini adalah hepatitis A dan hepatitis
B. Hepatitis A sampai saat ini tidak pernah dilaporkan menyebabkan
penyakit hati kronis (kronisitas), namun sebaliknya hepatitis B
merupakann penyebab utama kronisitas, yang kemudian dapat menjadi
sirosis dan kanker hati. Hal inilah yang kemudian menjadikan hepatitis B
menjadi masalah di dunia termasuk di Indonesia. Kejadian hepatitis B
ini sangat berbeda di berbagai tempat di dunia dan berdasarkan pemetaan
yang dibuat oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO), Indonesia termasuk daerah
dengan endemisitas sedang sampai tinggi.
Gejala klinis infeksi virus hepatitis B
Seseorang yang terinfeksi virus hepatitis B (VHB) dapat menderita
sakit yang bersifat sementara atau menahun dengan tanda klinisnya
bervariasi dari tanpa gejala, gejala ringan tidak khas (contoh: mual,
lemas), gejala nyata dan khas yang sering disebut sebagai sakit kuning
atau hepatitis) atau menjadi suatu keadaan hepatitis yang berat dan
fatal. Pada anak infeksi ini kebanyakan tanpa gejala. Hepatitis B yang
menahun atau kronis dinyatakan dengan adanya petanda dari virus
hepatitis B (disebut HBsAg) yang menetap lebih dari 6 bulan. Hepatitis B
kronis ini sering terjadi pada 90% bayi yang terinfeksi dari ibunya
pada saat kelahiran (perinatal). Hati pengidap hepatitis B kronis
mempunyai risiko tinggi menjadi jaringan parut hati (biasa dinamakan
sirosis) dan kemudian dapat menjadi kanker hati.
Distribusi usia
Salah satu penentu terjadinya hepatitis B kronis adalah usia saat
seseorang terinfeksi. Makin muda seseorang terinfeksi makin besar
kemungkinannya menjadi kronis. Sebagai contoh bayi yang mendapatkan
infeksi dari ibu semasa dalam kandungan atau saat persalinan (perinatal)
kemungkinan menjadi kronis sekitar 90-95% apabila tidak ada tindakan
pencegahan. Risiko menjadi kronis ini semakin turun dengan bertambahnya
usia (apabila terinfeksi pada saat dewasa risiko menjadi kronis sekitar
5%. Mekanisme yang dapat menerangkan hal ini tidak akan dibahas di sini.
Penularan hepatitis B
Virus hepatitis B ini ditularkan melalui luka kulit (lapisan
permukaan luar tubuh) atau melalui luka lapisan mukosa (lapisan
permukaan dalam tubuh) pada saat kontak dengan darah atau produk darah.
Cara penularan secara garis besar dibagi menjadi penularan vertikal
yaitu dari ibu ke bayinya seperti telah disebut di atas dan penularan
horizontal yaitu dari anak ke anak.
Secara umum diketahui bahwa seseorang menjadi sakit atau tidak
apabila terinfeksi oleh suatu virus sangat ditentukan ditentukan oleh
berbagai faktor antara lain adalah faktor manusianya itu sendiri
(contohnya usia saat terinfeksi dll), banyaknya virus yang masuk kedalam
tubuh dan faktor lingkungan lainnya.
Jumlah atau konsentrasi VHB pada seorang penderita hepatitis B
dimulai dari urutan yang terbanyak yaitu darah dan cairan luka, semen
cairan vagina, dan air liur, serta air susu ibu. Virus hepatitis B masuk
ke tubuh dan menginfeksi manusia melalui darah ke darah bukan lewat
saluran cerna seperti halnya hepatitis A. Sebagai contoh, transfusi
darah dari donor pengidap hepatitis B, melalui perlukaan (contoh: saat
melewati jalan lahir), melalui alat suntik yang terkontaminasi, dll.
ASI dan hepatitis B
Didapatkannya virus hepatitis B dalam jumlah kecil pada ASI
menimbulkan pertanyaan tentang peran ASI tersebut dalam penularan
hepatitis B. Untuk diketahui bahwa saat ini segala sesuatu keputusan
terutama di bidang kedokteran didasarkan pada bukti ilmiah yang didapat
dari penelitian-penelitian yang ada, bukan dari teori saja. Banyak
penelitian tentang ASI dihubungkan dengan kejadian hepatitis B telah
banyak dilakukan di dunia dan membuktikan bahwa ASI tidak meningkatkan
risiko penularan hepatitis B. Berikut adalah penelitian di Taiwan yang
mengikut sertakan 147 bayi baru lahir dari ibu pembawa virus hepatitis B
yang kemudian terbagi menjadi 2 kelompok. Kelompok pertama adalah
bayi-bayi yang minum ASI dan kelompok kedua adalah bayibayi yang minum
susu formula. Hasilnya adalah bahwa ASI tidak terbukti meningkatkan
risiko penularan hepatitis B terbukti dari tidak adanya perbedaan
kejadian hepatitis B pada ke 2 kelompok. Dengan demikian tidak ada
alasan untuk tidak memberikan ASI untuk bayinya bagi ibu penderita
hepatitis B.
Pencegahan penularan VHB
Untuk mencegah penularan dari ibu pengidap hepatitis B ke bayi yang
dilahirkan dan untuk mencegah terjadinya penularan horizontal
berikutnya, disarankan untuk memberikan vaksin hepatitis B yang pertama
segera setelah lahir (dalam 24 jam pertama) yang kemudian dilanjutkan
dengan pemberian yang ke 2 dan ke 3 seperti jadwal yang telah
ditentukan. Dapat diberikan juga Imunoglobulin (antibodi) selain vaksin
bagi yang mampu.
Kesimpulan
Ibu penderita hepatitis B tetap memberikan ASI kepada bayinya dengan
ketentuan mengikuti program Nasional yaitu memberikan vaksinasi
hepatitis B kepada bayinya segera setelah lahir sebelum berusia 24 jam.
Pencegahan terjadinya luka pada puting sangat dianjurkan pada awal kehidupan bayi sehingga penularan dapat dicegah.
Bimbingan menyusui khususnya posisi menyusui yang baik dan pelekatan
mulut bayi yang betul dapat mencegah terjadinya puting lecet.