Menyusui merupakan proses fisiologis untuk memberikan nutrisi kepada
bayi secara optimal. Tidak ada hal yang lebih bernilai dalam kehidupan
seorang anak selain memperoleh nutrisi yang berkualitas sejak awal
kehidupannya. Air Susu Ibu merupakan nutrisi ideal untuk menunjang
kesehatan, pertumbuhan, dan perkembangan bayi secara optimal.
Mengapa ibu harus menyusui ?
Berbagai kajian dalam 2 dekade terakhir makin memperlihatkan bahwa
ASI adalah nutrisi terbaik dan terlengkap. Nilai nutrisi ASI lebih besar
dibandingkan susu formula, karena mengandung lemak, karbohidrat,
protein, dan air dalam jumlah yang tepat untuk pencernaan, perkembangan
otak, dan pertumbuhan bayi. Kandungan nutrisinya yang unik menyebabkan
ASI memiliki keunggulan yang tidak dapat ditiru oleh susu formula
apapun. Susu sapi mengandung jenis protein berbeda yang mungkin baik
untuk anak sapi, tetapi bayi manusia sulit mencernanya. Bayi yang
mendapat susu formula mungkin saja lebih gemuk dibandingkan bayi yang
mendapat ASI, tetapi belum tentu lebih sehat. Demikian pula, jenis asam
lemak yang terdapat di dalam ASI mempunyai pengaruh terhadap
perkembangan otak yang menyebabkan kemampuan melihat dan fungsi kognitif
bayi berkembang lebih awal.
Menyusui eksklusif 6 bulan
Bayi dianjurkan untuk disusui secara ekslusif selama 6 bulan pertama
kehidupan dan pemberian ASI dilanjutkan dengan didampingi makanan
pendamping ASI, idealnya selama dua tahun pertama kehidupan.
Perlindungan terhadap infeksi paling besar terjadi selama beberapa bulan
pertama kehidupan pada bayi yang mendapat ASI secara eksklusif. Lebih
lama bayi mendapatkan ASI akan memberikan efek proteksi yang lebih kuat.
Pada 6 bulan pertama, air, jus, dan makanan lain secara umum tidak
dibutuhkan oleh bayi. Makanan padat dapat diperkenalkan saat bayi
berusia 6 bulan, untuk melengkapi nutrisi ASI.
ASI dalam 24 jam pertama
Dua puluh empat jam setelah ibu melahirkan adalah saat yang sangat
penting untuk keberhasilan menyusui selanjutnya. Pada jam-jam pertama
setelah melahirkan dikeluarkan hormon oksitosin yang bertanggung jawab
terhadap produksi ASI. Ibu yang menjalani bedah Caesar mungkin belum
mengeluarkan ASI nya dalam 24 jam pertama setelah melahirkan, kadangkala
perlu waktu hingga 48 jam. Walaupun demikian, bayi tetap dianjurkan
untuk dilekatkan pada payudara ibu untuk membantu merangsang produksi
ASI. Secara keseluruhan proses menyusui melibatkan 4 faktor, yaitu (1)
bayi, (2) payudara, (3) Air Susu Ibu, dan (4) otak ibu. Kita seringkali
meremehkan peran otak ibu dalam proses menyusui. Proses menyusui
merupakan jalinan ikatan batin antara ibu dan bayi. Ibu harus menyiapkan
dirinya agar berada dalam keadaan baik saat menyusui. Perasaan depresi,
marah dan nyeri harus dihindarkan saat menyusui karena dapat menghambat
produksi air susu ibu.
Bayi baru lahir sehat diberikan langsung kepada ibunya untuk
mendapatkan kontak kulit dengan ibunya. Bayi dapat dikeringkan dan
dinilai skor APGARnya, bahkan dinilai kesehatan fisik awal saat bayi
diletakkan pada dada ibunya. Kontak seperti itu memberikan stabilitas
fisiologis optimal, kehangatan, dan kesempatan untuk mendapat makanan
pertama. Kontak kulit-ke-kulit awal yang baik dapat meningkatkan lama
menyusui. Penundaan pengukuran berat badan, pemberian vitamin K dan
profilaksis salep mata (sampai dengan 1 jam) masih dapat diterima untuk
memberikan kesempatan interaksi awal orangtua-bayi yang optimal. Kontak
kulit-ke-kulit dimulai sejak di ruang melahirkan atau ruang pemulihan.
Pada saat yang sama, ibu juga mulai diberi penjelasan mengenai teknik
menyusui yang benar.
Kolostrum berwarna kekuningan yang keluar dari payudara pada beberapa
jam pertama kehidupan seringkali dianggap sebagai cairan yang tidak
cocok untuk bayi, padahal sesungguhnya kolostrum kaya akan sekretori
immunoglobulin A (sIg A) yang berfungsi melapisi saluran cerna agar
kuman tidak dapat masuk ke dalam aliran darah dan akan melindungi bayi
sampai sistem imunnya (sistem kekebalan tubuh) berfungsi dengan baik.
Perlindungan kesehatan bayi
Banyak penelitian yang menilai pengaruh jangka pendek dan panjang
dari menyusui terhadap kesehatan bayi dan anak. Menyusu eksklusif selama
6 bulan terbukti memberikan risiko yang lebih kecil terhadap berbagai
penyakit infeksi (diare, infeksi saluran napas, infeksi telinga,
pneumonia, infeksi saluran kemih) dan penyakit lainnya (obesitas,
diabetes, alergi, penyakit inflamasi saluran cerna, kanker) di kemudian
hari. Bayi yang mendapat ASI lebih sedikit memerlukan rawat inap
dibanding bayi yang mendapat susu formula. Zat kekebalan yang berasal
dari ibu dan terdapat dalam ASI akan ditransfer ke bayi untuk membantu
mengatur respons imun tubuh melawan infeksi.
Kesehatan saluran cerna
Keuntungan lain menyusui adalah ASI lebih mudah dicerna dibandingkan
susu formula. Saluran cerna dikatakan sehat apabila organ tersebut dapat
menjalankan fungsinya secara optimal. Proses pematangan saluran cerna
distimulasi oleh ASI. Di dalam ASI banyak terkandung oligosakarida yang
tidak ditemukan pada susu sapi (atau sangat sedikit sekali).
Oligosakarida dapat menstimulasi pertumbuhan dan aktivitas bakteri
Bifidobacteria (bakteri baik) di dalam saluran cerna. Saluran cerna bayi
yang mendapat ASI mengandung banyak bakteri Bifidobacteria dan
Lactobacillus; bakteri menguntungkan yang dapat mencegah pertumbuhan
organisme yang merugikan dan banyak dilaporkan mempunyai efek terhadap
peningkatan sistem imun (kekebalan) tubuh.
Suasana asam yang terbentuk akibat masukan ASI merupakan sinyal bagi
pembentukan SIgA dan mukus pada permukaan saluran cerna. Peningkatan
kadar SIgA berkorelasi dengan peningkatan sistem pertahanan saluran
cerna terhadap infeksi, sedangkan mukus yang melapisi permukaan saluran
cerna berfungsi sebagai barrier agar mikroorganisme tidak dapat masuk ke
aliran darah. Dari beberapa penelitian terbukti bahwa bayi yang
mendapat ASI eksklusif mempunyai kadar SIgA lebih tinggi dibanding bayi
yang mendapat
susu formula. Data tersebut dapat menjawab mengapa bayi yang mendapat ASI mempunyai daya tahan tubuh alami yang lebih besar.
Kandungan ASI akan melengkapi sistem imun bayi yang belum sepenuhnya
matang, hal tersebut tidak didapatkan pada bayi yang mendapat susu sapi.
Selain itu, ASI keluar langsung dari payudara sehingga selalu steril
dan tidak pernah terkontaminasi oleh air dan botol tercemar yang dapat
menyebabkan penyakit.
Intelegensi bayi
Berdasarkan kajian ilmiah, menyusu dapat berpengaruh terhadap
perkembangan intelektual anak, karena menyusui memberikan pelekatan erat
dan rasa nyaman yang berpengaruh terhadap perkembangan emosi anak. Anak
yang disusui mempunyai intelegensia dan emosi lebih matang yang sangat
berpengaruh terhadap kehidupan sosialnya di masyarakat.
Beberapa publikasi penelitian tentang efek menyusui terhadap IQ bayi
memperlihatkan bahwa bayi yang mendapat ASI mempunyai nilai IQ 3-5 lebih
tinggi dibandingkan bayi yang mendapat susu formula. Makin lama bayi
menyusu, makin besar efek positif pada IQ bayi. Tingkat IQ lebih tinggi
dikaitkan dengan kandungan nutrisi yang ditemukan pada ASI.
Rasa nyaman dan hangat selama menyusui
Para ahli di bidang psikologi meyakini bahwa bayi dapat menikmati
rasa aman, kehangatan, dan keberadaan ibunya, khususnya bila terjadi
’kontak kulit-ke-kulit’ selama menyusu. Perasaan tersebut mungkin kurang
diperoleh oleh bayi yang mendapat susu botol. Oleh karena itu ’kontak
kulit-ke-kulit’ menjadi bagian penting dalam perawatan bayi sehari-hari.
Ibu harus sesering mungkin memberikan sentuhan kasih sayang kepada
bayinya, karena hal tersebut merupakan sumber kehangatan dan kenyamanan.
Pengaruh menyusui untuk ibu
Menyusui memberi keuntungan untuk ibu, karena tidak perlu
mensterilkan botol, tidak perlu membeli susu formula, menakar dan
mencampurnya. Oleh karena menyusui bayi memerlukan ekstra kalori, maka
ibu yang ingin berat badannya kembali seperti semula dapat terbantu.
Menyusui juga merangsang uterus untuk berkontraksi kembali ke ukurannya
semula sebelum hamil sehingga membantu mengurangi perdarahan setelah
melahirkan.
Menyusui ekslusif selama 6 bulan juga akan meningkatkan kadar
antibodi dalam sirkulasi darah ibu sehingga dapat mengurangi risiko
terjadinya infeksi setelah melahirkan. Perdarahan post partum berkurang
dihubungkan dengan peningkatan konsentrasi oksitosin. Risiko kanker
payudara, kanker ovarium, dan osteoporosis pasca menopause dilaporkan
juga lebih kecil pada ibu menyusui.
Ibu yang merawat bayi perlu istirahat; bila tidak, akan menurunkan
produksi ASI nya. Ibu harus duduk, meletakkan kakinya lebih tinggi, dan
rileks setiap beberapa jam setelah merawat bayinya. Dengan menyusui, ibu
lebih mudah memberikan perawatan bayinya pada malam hari; tidak perlu
menyiapkan susu botol saat bayi menangis.
Selama ini dilaporkan bahwa menyusui dapat berperan sebagai satu cara
kontrasepsi, karena selama menyusui ovulasi akan tertekan sehingga
kemungkinan hamil selama menyusui lebih kecil. Ibu tidak akan mengalami
ovulasi. Walaupun demikian, hal tersebut masih memerlukan kajian lebih
mendalam, sehingga selama belum ada jaminan untuk hal tersebut, bagi ibu
yang tidak ingin segera memiliki anak lagi tetap harus menggunakan
kontrasepsi, meskipun sedang menyusui.
Siapa yang mendapat keuntungan dari meyusui?
Menyusui tidak saja menguntungkan secara pribadi untuk bayi dan ibu,
tetapi juga memberi keuntungan untuk keluarga, sistem pelayanan
kesehatan, pemberi kerja, dan negara secara keseluruhan. Keluarga dapat
menghemat dana ratusan ribu sampai jutaan rupiah yang akan dibelikan
susu formula. Belum lagi jumlah waktu yang terbuang untuk menyiapkan,
mencuci dan menghangatkan botol sebelum diberikan kepada bayi. Meskipun
ibu menyusui mempunyai selera makan besar dan memerlukan mengkonsumsi
kalori ekstra, makanan ekstra untuk ibu tetap lebih murah dibandingkan
membeli susu formula untuk bayi. Makanan tambahan untuk ibu menyusui
maksimal 500 kalori/hari sehingga energi untuk memenuhi kebutuhan bayi
sebagian diambil dari lemak di bawah kulit yang dicadangkan ibu selama
hamil. Bayi yang mendapat ASI akan lebih jarang sakit, sehingga bayipun
lebih jarang berobat ke dokter apalagi harus dirawat inap. Hal tersebut
jelas akan menurunkan anggaran negara untuk biaya penyakit yang
sebenarnya dapat dicegah, sehingga dana dapat digunakan oleh program
lain. Selain itu, nilai produktivitas kerja ibu pun akan makin
meningkat.
Dukungan menyusui
Dukungan menyusui yang diberikan oleh tenaga kesehatan dan orang di
sekitar ibu baik saat hamil maupun setelah melahirkan sangat membantu
ibu untuk menyusui anaknya sesegera dan selama mungkin. Upaya tersebut
harus dimulai dengan mewujudkan rumah sakit, klinik bersalin yang sayang
bayi.
Kapan ibu tidak boleh menyusui ?
Sebagian besar penyakit yang sering terjadi, seperti flu, infeksi
kulit, atau diare tidak ditularkan melalui ASI. Di lain pihak, pada saat
ibu menderita suatu infeksi, ASI yang dikandungnya akan mengandung
antibodi terhadap penyakit tersebut dan akan melindungi bayi dari
penyakit yang sama. Walaupun demikian, beberapa virus tetap dapat
melewati ASI, seperti virus HIV yang dapat menyebabkan AIDS. Wanita
dengan HIV positif sebaiknya tidak menyusui bila terdapat susu pengganti
ASI yang memenuhi syarat AFASS (acceptable, feasible, affordable,
sustainable dan safe). Menyusui bukan merupakan kontraindikasi bagi ibu
dengan infeksi HIV, walaupun diduga bahwa puting lecet atau berdarah
dapat meningkatkan risiko penularan.
Seorang ibu yang terkena kanker payudara tetap dapat menyusui bayinya
dengan menggunakan payudara yang sehat sebelum dimulai kemoterapi.
Kanker payudara tidak ditransmisi melalui menyusui.Meskipun belum ada
bukti ilmiah terpercaya, ada pendapat yang menyatakan bahwa hormon yang
dihasilkan selama hamil dan menyusui dapat memicu rekurensi kanker.
Pada saat ini tidak dipungkiri bahwa banyak wanita menggunakan implan
pada payudaranya untuk alasan kosmetik. Sampai sejauh ini, belum
diketahui apakah implan payudara akan mempengaruhi bayi yang disusui.
Banyak ibu dengan implan berhasil menyusui bayinya. Ibu yang pernah
mengalami pengangkatan jaringan payudara karena sesuatu hal, mungkin
tidak dapat menyusui bila kelenjar dan saluran ke puting terangkat.
Tantangan dalam menyusui
Menyusui adalah suatu kewajiban sekaligus tantangan. Pada
minggu-minggu pertama, menyusui dapat terasa nyeri bila tidak dilakukan
dengan tepat. Puting dapat terluka atau lecet apabila ibu membiarkan
bayinya menghisap pada puting dan tidak pada areolanya. Bila ibu tidak
menyusui secara rutin sesuai keinginan bayi, tidak jarang payudara akan
terasa keras dan nyeri. Keadaan ini dapat dikurangi dengan mengatur
posisi dan membiarkan bayi untuk menyusui sesuai kebutuhan, mengurut
payudara, dan mengompres hangat atau dingin di antara waktu menyusui.
Ibu menyusui juga dapat mengalami penyumbatan saluran ASI nya yang
menyebabkan mastitis; infeksi payudara yang nyeri. Mastitis membutuhkan
perawatan medis yang baik.
Menyusui dapat mempengaruhi gaya hidup. Ibu menyusui sebaiknya
memakai pakaian yang dapat digunakan untuk menyusui dimana saja. Ibu
harus memperhatikan makannnya, cukup nilai gizi, berhenti merokok dan
minum alkohol, karena alkohol dapat ditemukan di dalam ASI.
Ibu menyusui harus disiapkan bila ia ingin kembali bekerja agar tetap
dapat memberikan ASI kepada bayinya. Ibu menyusui yang bekerja
membutuhkan: lingkungan bersih, suasana nyaman dan private, jadwal kerja
yang lebih fleksibel, sehingga ibu dapat memerah ASI nya dengan tenang
dan menyimpan ASI nya untuk sementara pada tempat yang adekuat.
Idealnya, fasilitas perawatan bayi disediakan di tempat kerja. Bila
tempat bekerja tidak memiliki program menyusui, ibu harus meminta kepada
atasannya untuk merancang kebutuhan tersebut.
Konsumsi obat selama menyusui
Tidak semua obat telah diuji pada ibu menyusui, sehingga tidak dapat
dipastikan pengaruh obat yang diminum oleh ibu selama menyusui terhadap
bayinya. Oleh karena hanya sedikit sekali masalah yang dilaporkan, maka
obat yang secara resmi boleh dibeli bebas (tanpa resep dokter), bila
hanya diminum sesuai kebutuhan dapat dianggap aman. Ibu yang harus minum
obat setiap hari, misalnya pada epilepsi, diabetes, atau tekanan darah
tinggi tetap dapat menyusui. Walaupun demikian, setiap akan mengonsumsi
obat selama menyusui sebaiknya berkonsultasi terlebih dahulu dengan
tenaga kesehatan. Untuk meminimalisasikan pajanan pada bayi, ibu dapat
minum obat segera setelah menyusui atau sebelum bayi tidur panjang.
Mungkinkah bayi alergi terhadap ASI ?
ASI mengandung paling sedikit 100 bahan yang tidak ditemukan dalam
susu formula. Tidak ada satupun susu formula yang lebih hipoalergenik
dibanding ASI, karena protein yang berasal dari manusia (ibu) tidak
dapat mensentisasi bayi manusia. Walaupun demikian, reaksi alergi masih
mungkin dapat terjadi akibat bahan makanan yang dikonsumsi oleh ibu.
Jika ibu menghilangkan bahan makanan tersebut dari dietnya, keluhan
biasanya akan membaik dan menghilang dengan sendirinya.
Cara tepat menyusui
Ibu menyusui dimulai sedini mungkin, setelah melahirkan. Saat bayi
terjaga naluri menghisapnya sangat kuat. Saat menyusui, mulut bayi harus
terbuka lebar. Puting diletakkan sejauh mungkin dalam mulut bayi,
pastikan bibir dan gusi bayi berada di sekitar areola, tidak hanya pada
puting. Hal ini akan meminimalisasikan luka pada ibu. Tenaga kesehatan
yang sudah terlatih dapat membantu ibu menemukan posisi menyusui yang
nyaman.
Bayi baru lahir perlu sering disusui. Meskipun tidak perlu dengan
jadwal yang ketat, bayi perlu disusui bila memperlihatkan tanda lapar
atau paling tidak setiap 2 jam. Bayi baru lahir harus disusui 8 sampai
12 kali setiap 24 jam, sampai puas, biasanya 10 hingga 15 menit. Setiap
menyusui sebaiknya menghabiskan satu payudara dan untuk menyusui berikut
pada payudara lainnya. Pada minggu minggu awal setelah lahir, bayi
harus dibangunkan untuk menyusui bila telah 4 jam tidak menyusui. Hal
tersebut akan merangsang ibu untuk memproduksi ASI yang lebih banyak.
Selanjutnya, bayi akan lebih terjadwal rutin. Oleh karena ASI lebih
mudah dicerna dibandingkan susu formula, maka bayi yang menyusu terlihat
minum lebih sering dibandingkan bayi yang mendapat susu formula.
Bayi menyusu tidak membutuhkan air putih, karena akan mempengaruhi
keinginan bayi untuk menyusui dan dapat menyebabkan berkurangnya
persediaan ASI. ASI, 87-90 % terdiri atas air. Makin sering bayi
menyusu, makin banyak ASI yang diproduksi oleh ibu. Bayi baru lahir
harus belajar menyusu. Kita harus memberikan waktu kepada bayi untuk
mengenal pola menghisap yang baik. Puting buatan menyebabkan cara
menghisap yang berbeda dibanding menghisap puting yang sebenarnya, oleh
karena itu tidak dianjurkan. Begitu pula, menghisap dari botol dapat
membingungkan sebagian bayi pada minggu-minggu pertama.
Pada awal setelah melahirkan, puting ibu dapat dikeringkan dengan
udara setiap kali selesai menyusui untuk mencegah lecet. Bila puting
lecet, ibu dapat melapisinya dengan ASI atau pelembab alamiah lainnya
untuk membantu penyembuhan. Posisi yang tepat saat menyusui dapat
membantu mencegah luka pada puting. Bila ibu terluka, perlu diperhatikan
adanya gejala infeksi payudara meliputi demam, iritasi, dan bengkak
yang nyeri dan kemerahan. Hal tersebut membutuhkan penanganan segera.
Engorgement
Pada hari ketiga, ASI yang dihasilkan seringkali sangat banyak
sementara bayi hanya membutuhkan sedikit sehingga menyebabkan payudara
ibu membengkak, keras dan nyeri untuk beberapa hari. Untuk mengurangi
engorgement tersebut, ibu harus menyusui bayinya sesering mungkin dan
sesuai kebutuhan sampai tubuh menyesuaikan diri dan menghasilkan hanya
yang dibutuhkan bayi. Pada saat itu, ibu dapat mengompres payudaranya
dengan air hangat dan mandi air hangat untuk mengurangi bengkak, dan
kompres dingin untuk mengurangi nyeri. Ibu juga dapat mengeluarkan
sebagian ASI sebelum menyusui, baik secara manual atau dengan pompa.
Nyeri karena engorgement juga dapat diredakan dengan menyusui bayi lebih
dari satu posisi, atau mengurut payudara dengan perlahan ke arah
puting. Asetaminofen dapat meredakan nyeri dan aman untuk diminum
sesekali selama menyusui.
Apakah bayi mendapat ASI cukup ?
Bayi bervariasi dalam pola makan dan buang air kecil. Ibu disarankan
utuk melihat tanda yang menunjukkan bayi mendapat ASI yang cukup. Paling
sedikit 6 popok basah per hari dan 2 tinja lembek dan berwarna
kekuningan per hari (konsistensi tinja bergantung usia bayi), berat
badan tetap bertambah setelah usia 1 minggu, urin kuning muda, tidur
dengan nyenyak, dan bayi tampak aktif dan sehat saat bangun.
Kesimpulan
Menyusui sebagai norma kultural dan nilai menyusui harus dikenalkan
sedini mungkin. Petugas kesehatan sudah diperkenalkan secara rinci
mengenai nilai menyusui sejak masa pendidikan dan dilengkapi setelah
mereka lulus dan menjalankan profesinya. Calon ibu dan keluarga
diberikan informasi segera dan terus menerus, setelah mereka menyatakan
siap hamil.
Menyusui merupakan bentuk pelayanan kesehatan promotif dan preventif,
oleh karena itu, sudah sebaiknya asuransi kesehatan juga mencakup biaya
pelayanan laktasi, karena setiap dana yang digunakan untuk pelayanan
laktasi, akan menghemat lebih dari jutaan rupiah untuk biaya pengobatan
penyakit.